Translate

AKU adalah AKU....aku yang dilahirkan dari keluarga sederhana dikota kecil,
AKU adalah AKU....aku yang dipecut sejak kecil untuk menjadi manusia yang berguna dihari tua,
AKU adalah AKU....aku yang melihat segalanya dari kacamata seorang manusia,
terimakasih bapak , maturnuwun ibu , bahkan airmata ku pun tak bisa membalas kebaikan ini,
segala puja doa , hanya bisa kukirim ,  untukmu almarhum bapak ibu,
dan hanya bisa bersyukur kepada MU ya ALLOH , Tuhan sang Maha Penyayang ......
purna kata , sudah selayaknya aku harus "memanusiakan manusia dengan nurani".......
aku
,eddiepriyono.

 

Rabu, 04 Februari 2015

trial not Error















Human Capital Journal  No. 28 Tahun III 15 Oktober - 15 November 2013 

drs Eddie Priyono MM,
penasehat 'Lembaga Pusat Studi dan Komunikasi Pemerintahan'(PUSKOPEM),
Managing Director PT Victory Group.


Saat  yang  paling  kritis  sedang  dihadapi oleh  seorang  kandidat General  Manager Marketing, di salah satu korporasi yang telah go  public.

Akhir dari proses rekruitmen yang harus dia jalani adalah personal interview, dihadiri oleh Founder sekali­gus  Presiden  Komisaris  dari  korporasi,  bersama CEO nya.
Setengah jam telah berlalu, saat sang Founder mulai berbicara, CEO diminta untuk  mengisi  posisi GM  Export untuk kan­didat,  bukan  sebagai GM  Marketing.

Si  kandidat pun tertegun dan balik bertanya, saya punya background, job experiences dan personal strength di  bidang marketing, dan saya datang ke sini untuk  bisa  ikut  berkontribusi  kepada  korporasi,  sesuai  keahlian saya.
Kenapa tiba tiba saya harus masuk ke bidang ekspor  yang  masih  zero,  perlu  waktu  lagi  untuk adaptasi  dan  belajar  ??
Dengan  tersenyum,  sang founder berkata, bahwa dari pengamatan inter­view ini, dia yakin kandidat mampu di bidang baru ini .
Andai  dalam waktu 3 bulan ke depan, penempatan ini gagal, dipersilakan untuk memimpin direk­torat marketing seperti rencana semula.

Tiga bu­lan berlalu, sang talent yang menjadi GM Export pun bergembira, karena kesuksesannya. Korporasi  merasakan hasil dari kinerjanya, dengan dibukanya pasar produk mereka ke Timur Tengah, sampai  ke Rusia.

Potensi, bakat, pengalaman, kerja keras dan  dukungan   manajemen  telah  menghasilkan seorang  profesional  baru  di  bidang International Marketing, bermanfaat  bagi  korporasi  sekaligus sang talent.
Inilah satu keputusan ‘Trial N Error’ yang  berhasil, meski hanya berdasar instink dan feeling.
Dan ini  adalah  percobaan  yang  beresiko  tinggi, bagi korporasi , dan tentunya bagi talent, yang seandainya gagal dalam kinerjanya, membuat kepercayaan diri talent akan jatuh.

Instink ataupun feeling memang berperan besar dalam hal ini, tetapi  bukankah feeling dan instink itu lebih bersifat  subjektif dan sulit diukur???

Kompetensi





Dalam  setiap  sesi  interview  yang  dilakukan oleh  seorang  Direktur  ataupun  Kepala  Bagian bersama  HR,  sudah  lazim  ditanyakan  kepada  kandidat,  apa  ‘personal  strength’  saudara?
   
Dan apa  yang  menjadi  ‘kelemahan’  saudara? 
Jawaban yang diberikan kandidat bisa terbaca, apakah dia membual, over  confidence, jujur, atau sebaliknya  tidak  percaya  diri,  dengan  cara  membandingkan  dan membaca data pribadi, referensi dan hasil test  sebelumnya termasuk psikotes.

Korporasi  sudah  selayaknya  menganggap  si  talents,  sebagai  calon capital  goods sebagai  bagian dari human capital,yang ikut dalam proses manajemen mencapai missinya.
Si talent akan ikut menentukan upaya pencapaian manfaat dan produktifitas, sejajar dengan bentuk capital goods lainnya, seperti mesin, modal, teknologi dan lain lain.

Ada hal yang menarik dengan 2 pendekatan  untuk mengoptimalkan potensi talents, seandainya diputuskan untuk diterima di dalam korporasi.
Yaitu, dengan memberikan pelatihan untuk meminimalisir kelemahan talents. 
Atau sebaliknya, dengan mendapatkan personal strength yang sesungguhnya, mengembangkan dengan intensif ‘plus point‘  tadi  untuk   keahlian  yang  optimal  dan  dimanfaatkan penuh oleh korporasi.
Memompa plus point akan menjadikan talents konsentrasi  dalam  kinerja,  mendapatkan kompetensi  sesuai  standard  korporasi,  dan  otomatis meninggalkan minor yang menjadi kelemahannya.

Untuk mendeteksi, apa dan seperti apa bakat yang  akan menuntun talents kepada kompetensi tinggi, diperlukan  suatu personal  mapping, atau  sering  disebut sebagai talents mapping. 
Diperlukan value of attitude, beliefs, abilities, knowledge, skill  d a n lainnya, maka tidaklah mudah mendeteksi untuk mendapatkan ’strength’ yang benar dia miliki.
Hal  ini  perlu  satu  sistem  baku  dan  pengetahuan psikologi dari seorang talents.

Ilustrasi yang factual  telah  diberikan  oleh  satu  kebijakan  yang diambil Kementerian Diknas cq Direktorat Dikti, dengan mengimplementasi satu program pendidikan  strata  D3,   dimulai  di  satu  Universitas  tertua  dan  terbesar  di  Indonesia.
  
Disebut  Program pendidikan  untuk  Warga negara  Berkebutuhan Khusus,  jurusan  Politeknik.
Mahasiswa  seperti  ini, yang biasa IQ nya sedikit dibawah normal dan  disebut sebagai ‘border line’, kecenderungan autis  dan kadang motoric yang slow, sangat sulit diketahui bakat, kemampuan yang tersimpan.
Mereka  diberikan  pelatihan  agar  satu  saat bisa hidup mandiri, bisa ditemukan dalam talents mapping mereka,  satu  bakat  dan  keahlian  yang dikembangkan,  bahkan  melebihi  seseorang  yang normal.
Perjuangan  yang  berat  bagi  dosen  dan pembimbingnya, karena dalam semester pertama, sangat  intens  diadakan  pendampingan  termasuk oleh para ahli psikologi, mendapatkan hasil mapping bakat si mahasiswa.
Setelah  satu  semester,  dan  diketemukan  potensi, bakat dan sesuatu yang bisa dikembangkan menjadi  produktif,  maka  semester  berikutnya  adalah  saatnya  mendidik  dan  mengembangkan plus point, menjadi suatu skill, knowledge, abilities untuk  kemandiriian.

Mapping  kepada  anak berkebutuhan  khusus  memang  terasa  berat,  namun  sebenarnya  mapping  kepada  talents  jauh lebih  berat,  dikarenakan  para  talents  yang  bias dan biasa memodifikasi dirinya, dengan keinginan yang berbeda dengan personal strength yang sebenarnya.

Assesment terhadap real potensi ini, secara  jujur  bisa  menemukan  potensi  kekuatan dan bakat dominan si talents, melalui satu system assessment yang  professional  oleh  para  ahli  talents mapping.

Self  confidence, adalah  kata  kunci  untuk  seorang  talents,  setelah  dia  berhasil  menemukan personal strength yang sebenarnya, dan didukung  serta  di fasilitasi  oleh  korporasi  untuk  menjadikan  kompetensi  sesuai  standard  korporasi.

Trial janganlah  menjadi  error,  karena  bisa  menjadi  bencana bagi korporasi.
Trial boleh dilaksanakan untuk mengukur kinerja, setelah tahu bakat, kemampuan  dan  pengembangannya  sesuai assessment  personal  mapping.

'Trial  but  not  error'.

Biarlah  pengalaman GM  Export tadi  menjadi kenangan  manis  karena good  feeling CEO.

Kita tunggu  hasil personal  mapping di  pendidikan Politeknik  untuk  warga  negara  berkebutuhan khusus,  mendapatkan  bakat  terpendam,  dikembangkan  dan  berguna  dalam  kemandirian  mereka.

Berguna untuk nusa bangsa.

Semoga.
eddie.priyono@yahoo.com
Share:

1 komentar:

eddiepriyono@gmail.com mengatakan...

.. trial not error....coba2 dulu ahh, sapa tahu benar.....
.. ungkapan ini ga baik kalo menyangkut kebutuhan hajat masyarakat bawah,
.. karena kebijakan yg coba2 , akan mnimbulkan masalah besar seandainya tidak tepat , atau wrong timing..
.. yg benar adalah mengkaji dahulu sebelum membuat kebijakan,
.. kalo perlu dgn survey , atau mndalami dampak2 kedepan dg lebih teliti.......
.. kenaikan harga BBM , mnghentikan impor beras saat stok nasional langka dll....?
.. sumonggo dipun galih piyambak....apapun adalah pelajaran utk kedepan...

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Iklan

Iklan
Portal berita ekonomi bisnis keuangan

Total Tayangan Halaman

Flag Counter
Diberdayakan oleh Blogger.

Popular