Translate

AKU adalah AKU....aku yang dilahirkan dari keluarga sederhana dikota kecil,
AKU adalah AKU....aku yang dipecut sejak kecil untuk menjadi manusia yang berguna dihari tua,
AKU adalah AKU....aku yang melihat segalanya dari kacamata seorang manusia,
terimakasih bapak , maturnuwun ibu , bahkan airmata ku pun tak bisa membalas kebaikan ini,
segala puja doa , hanya bisa kukirim ,  untukmu almarhum bapak ibu,
dan hanya bisa bersyukur kepada MU ya ALLOH , Tuhan sang Maha Penyayang ......
purna kata , sudah selayaknya aku harus "memanusiakan manusia dengan nurani".......
aku
,eddiepriyono.

 

Jumat, 06 Februari 2015

Attitude vs Skill, Supplement for Benefits



















Human Capital Journal No. 17, Tahun II, 15 November - 15 Desember 2012.

Drs Eddie Priyono MM.
Penasehat Lembaga Pusat Studi dan Komunikasi Pemerintahan ( PUSKOPEM ) , Managing Director PT Victory Group.

Sudah menjadi kebiasaan bagi seorang CEO, setelah  resmi  diangkat  dan  dilantik  ,lang­sung  saja  keesokan  harinya  mengadakan kunjungan  ke  semua  subordinate nya,  baik itu Divisi, Departemen maupun Seksi Seksi di jaja­ran  organisasinya.
Tujuan  utamanya  adalah  untuk berkenalan , melihat secara langsung ataupun untuk mencoba  intuisi,  apa  yang  sedang  terjadi  di  organ­isasi nya setelah dirinya menjadi CEO.

Hal ini wajar wajar saja, sepanjang tidak berindikasi mencari cari kesalahan,  tetapi  mencari  keabsahan  dari  roda organisasi  yang  sedang  berputar.
Karena   akan  lebih mempertebal keyakinan sang CEO dalam men­jalankan  visi  missi  nya,  yang tentu  telah  disepakati  ber­sama shareholders , sebelum dirinya  diangkat .

Sebenarnya,  kalau boleh  jujur,  ada  hal  yang  sedang  dia  jalankan, yaitu self observation untuk mengetahui sampai seberapa  jauh ”ilmu dan semangat” para  kary­awan  dalam  menjalankan  tugas  sehari  harinya.
Dalam satu praktek organisasi, sering disebut seba­gai attitude and skill, dimana kalau skill nya telah memenuhi semua kriteria, tetapi attitudenya buruk dan tidak mendukung skill yang dimilikinya, maka bersiaplah untuk fail dalam mencapai tujuan organ­isasi.
Dan  sebaliknya  akan  terjadi  hal  yang  sama.

Setelah puas berputar putar, maka sang CEO pun su­dah bisa memperkirakan apa yang harus dilakukan­nya, apakah diperlukan program 'jangka pendek' untuk  penyesuaian,  berdasarkan  pengamatannya tersebut, dalam mengawali jabatannya.

Mullins dalam bukunya mengatakan bahwa,  ”Perencanaan SDM adalah strategi untuk memper­oleh memanfaatkan,  mengembangkan, dan  mem­pertahankan SDM yang ada dalam satu organisasi.”

Apa yang dilakukan CEO tadipun sudah bisa dide­teksi  sebagai  hal  untuk memanfaatkan   SDM  yang ada, sebagai peninggalan CEO sebelumnya .
Sangat penting  untuk  menjadi  pemahaman  CEO,  bahwa SDM adalah pasukan yang harus ditata kembali se­suai  dengan  keinginannya  untuk  mencapai  tujuan visi missi.
Konflik ?

Hal seperti ini dipastikan akan terjadi.
Tetapi justru inilah tugas CEO dibantu para Senior Manajer untuk mengeliminasi, bahkan diba­lik menjadi kekuatan baru dalam organisasi.
Dalam bukunya Gibson Ivancevich Donnelly berjudul  “Or­ganisasi, perilaku, struktur, proses” disebutkan bah­wa konflik kecil kalau dibiarkan akan menjadi konf­lik  besar .

Dan  konflik  ini  bisa  dihilangkan  dengan merekrut orang yang tepat , menetapkan uraian kerja secara hati hati, mata rantai komando yang jelas, dan menciptakan aturan prosedur yang juga jelas dan di­mengerti untuk menghadapi bermacam macam hal yang mungkin terjadi .
Jadi itulah hal pertama yang seharusnya  dipersiapkan , dilaksanakan  untuk memuluskan  berputarnya  roda  organisasi ,  seirama dengan kehendak CEO tersebut.




Attitude vs Skill

Apabila kita berbicara tentang skill, ketrampilan dan  penguasaan  pekerjaan ,  ditambah  dengan
catatan keberhasilan , kegagalan, bahkan situasi lain yang pernah terjadi , sebagai plus atau minus kary­awan yang bersangkutan, maka skill yang ditunjang dengan attitude yang  baik,  akan  menghasilkan  result sesuai dengan standard kerja.

Namun apa yang diharapkan  kalau  kedua  elemen  ini  tidak  saling mendukung?
Skill tinggi dengan attitude buruk ?
Attitude lah sebagai tolok ukur utama dalam mencapai performance.

Skill yang rendah bisa dinaikkan den­gan pelatihan dan pengembangan.
Dan jangan dilu­pakan  attitude  yang  baik  akan  memacu  semangat, kreatifitas,  kerjasama, sense  of  belonging terhadap organisasi  tersebut.
Sebenarnya attitude ini  terdiri dari attitude individu  dan  attitude kelompok, dan untuk  mendapatkan attitude yang baik haruslah memperbaiki kedua jenis attitude ini.
Sering sekali attitude kelompok dipengaruhi oleh attitude antar pribadi.

Teori  Motivasi  adalah  salah  satu  cara  ba­gaimana  mencoba  memperbaiki  attitude.
Motivasi adalah cara dengan tidak melakukan kekerasan da­lam  merobah  attitude  seseorang,  karena  bisa  saja sang  CEO  menggunakan  dalil  “take  it  or  leave  it”.

Dalam teori motivasi ada satu hal yang bisa dipakai yaitu “imbal jasa dan penghargaan”, dimana ini bu­kan berarti "in money value only", tetapi berupa apre­siasi keuangan dan non keuangan yang juga sering disebut intrinsik dan ekstrinsik .

Non keuangan bisa berbentuk peningkatan karir, tanda jasa, mutasi dan lain lain.
Namun hal yang sangat penting, haruslah hal itu disosialisasikan dengan jelas dan gamblang, objective serta fair berdasarkan kinerja versus urai­an kerja yang telah disepakati bersama antara kary­awan dengan organisasi.pelatihan dan pengembangan.

Dalam  jangka  panjang,  CEO  bisa  memper­siapkan  “mindset  setting”  untuk  mendukung  ki­nerjanya.
Tetapi  dalam  jangka  pendek,  konsolidasi seperti di atas sangat diperlukan, untuk menyatukan pikiran, aspirasi,dan  tuntutan  mempercepat  proses, karena  ini  adalah  menyusun  pasukan,yang  kuat dan solid.

Dan sebaiknya menyertakan para trainer independent yang  terbebas  dari  interest pribadi.
Di  era  transparant  seperti  saat  ini, sudah  saatnya nilai subyektif tidak ada lagi, ukuran kinerja harus jelas, dimengerti, dipahami  dan  akuntabel  serta  bisa dipertanggung jawabkan secara professional

Kenapa Independent  Trainer  ?

Karena  dengan  terbebasnya dari interest pribadi, maka para konsultan lebih bisa diterima, lebih bebas dalam berkomunikasi dan teru­kur hasilnya secara fair.
Uraian pekerjaan, penilaian kinerja, handicap, periode evaluasi, reward and pun­ishment pun bisa dijelaskan kepada semuanya dengan lebih komunikatif.

Sering benefits diartikan sebagai apa  yang  organisasi  berikan  kepada  karyawannya , tetapi  seharusnya  juga  diseimbangkan  dengan  apa yang  didapat  organisasi  dari  kinerja  karyawannya ?.

Seandainya CEO bisa memberikan contoh yang baik, dengan melaksanakan perencanaan yang baik juga , maka  tidak  ada  alasan  bagi  siapapun ,  untuk  tidak mengikuti langkah sang CEO.

Langkah CEO yang benar dan bijaksana .!

Semoga

Penulis adalah Penasehat Lembaga Pusat Studi dan Komunikasi Pemerintahan (PUSKOPEM), Direktur PT. Victory Jaya Perkasa dan pendiri Yayasan Quantum Galaxi
 
eddie.priyono@yahoo.com
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Iklan

Iklan
Portal berita ekonomi bisnis keuangan

Total Tayangan Halaman

Flag Counter
Diberdayakan oleh Blogger.

Popular