Drs Eddie Priyono MM.
Penasehat Lembaga Pusat Studi dan Komunikasi Pemerintahan , Managing Director PT Victory Group
Korporasi didirikan bukan untuk meraup keuntungan semata.
Filosofi ini sudah jauh hari disadari, baik oleh Stockholder, Board of Commisioners dan Directors.
Ada aspek yang lebih luas dan dalam, yaitu bagaimana Korporasi mempertahankan diri secara kontinu keberadaan nya ditengah konsumen, dengan memenuhi semua target Stakeholders baik berupa keuntungan untuk pemegang saham, benefit untuk organisasi dan personilnya.
Juga memenuhi hasrat dan kebutuhan konsumen dengan mengadakan produk yang sesuai keinginan mereka, tidak terlupakan kepentingan pemerintah dalam mendapatkan anggarannya dari pajak yang dipungut, retribusi, dan hal hal lain yang berkenaan dengan kesejahteraan masyarakat.
Korporasi yang sudah menjalankan semua ini, semakin lama berkiprah ditengah konsumennya, semakin piawai mendeteksi posisinya di industri dimana dia berbisnis.
Tingkat persaingan, penguasaan market share,sampai dengan hal hal yang abstrak seperti brand awareness, brand image and perception, semua ini tersaji dengan jujur, benar dan akurat dihadapan rapat pemegang saham.
Filosofi ini sudah jauh hari disadari, baik oleh Stockholder, Board of Commisioners dan Directors.
Ada aspek yang lebih luas dan dalam, yaitu bagaimana Korporasi mempertahankan diri secara kontinu keberadaan nya ditengah konsumen, dengan memenuhi semua target Stakeholders baik berupa keuntungan untuk pemegang saham, benefit untuk organisasi dan personilnya.
Juga memenuhi hasrat dan kebutuhan konsumen dengan mengadakan produk yang sesuai keinginan mereka, tidak terlupakan kepentingan pemerintah dalam mendapatkan anggarannya dari pajak yang dipungut, retribusi, dan hal hal lain yang berkenaan dengan kesejahteraan masyarakat.
Korporasi yang sudah menjalankan semua ini, semakin lama berkiprah ditengah konsumennya, semakin piawai mendeteksi posisinya di industri dimana dia berbisnis.
Tingkat persaingan, penguasaan market share,sampai dengan hal hal yang abstrak seperti brand awareness, brand image and perception, semua ini tersaji dengan jujur, benar dan akurat dihadapan rapat pemegang saham.
Semua ini berpulang kepada penjabaran visi, misi,values dan strategi yang dijalankan dalam rencana tahunan.
Seorang direktur diharapkan mempunyai misi yang jelas, bukan hanya berpikir sesaat,apalagi hanya sebatas dia menjabat semua tercapai, aman dan value buat dia yang tertinggi.
Seorang direktur sales misalnya, tidak diperkenankan hanya ingin mencapai sales targetnya, tanpa memperdulikan apakah dengan pencapaianitu korporasi mendapatkan profit, penambahan market share, bahkan peningkatan brand awareness dan image.
Inilah sebabnya Performance Management menjadi tolok ukur yang realistis,untuk mendapatkan evaluasi yg jujur dan akurat terhadap kinerja seorang talents, terlebih seorang direktur yang menjadi ‘the Commander’ didalam operasional satu korporasi.
Seorang direktur sales misalnya, tidak diperkenankan hanya ingin mencapai sales targetnya, tanpa memperdulikan apakah dengan pencapaianitu korporasi mendapatkan profit, penambahan market share, bahkan peningkatan brand awareness dan image.
Inilah sebabnya Performance Management menjadi tolok ukur yang realistis,untuk mendapatkan evaluasi yg jujur dan akurat terhadap kinerja seorang talents, terlebih seorang direktur yang menjadi ‘the Commander’ didalam operasional satu korporasi.
Manajemen Performance
Memanage Performancedi dalam satu Korporasi sangatlah complicated, dengan melihat ruang lingkup yang sangat luas dan bervariasi, dan memerlukan komitmen top-down, disertai kejujuran, obyektifitas, dan terus berpikir positif untuk kepentingan Korporasi.
“Performance Management is a process by which managers and employees work together, to plan, monitor and review an employee’s work objective and overall contribution to the organization.
More than just an annual performance review, PM is the continuous process of setting objectives, assessing progress and providing on-going coaching and feedback, to ensure that employees are meeting their objectives and career goals.
”Yang dimaksud dengan ‘work together’ adalah bekerja, dan tahu apa yang dikerjakannya sesuai dengan posisi masing masing.
Sangat aneh misalnya, seorang salesman berjuang habis habisan di lapangan, dan hanya mengandalkan prinsip, pokoknya target penjualan saya tercapai.
Tidak ada kepentingan lain, selama saya bisa menjual produk ke outlet langganan.
Perlu disadari, bahwa yang dilaksanakan oleh salesman tadi adalah bagian dari ‘push’ teori, yaitu menjual ‘Selling-in’ ke outlet, dia tidak berpikir tentang ‘Selling out’ dari outlet kepada konsumennya, sebagai ‘pull’ dari konsumen.
Sales memang tidak konsentrasi kepada pull atau dorongan konsumen untuk membeli, karena itu bagian dari marketing yang meremind, memicu agar konsumen berkeinginan untuk membeli produk yang dijual oleh outlet.
Departemen sales tidak boleh hanya memakai ‘ Kacamata kuda‘, pokoknya produk sudah saya selling in ke outlet, tanpa melihat lagi ke kiri dan ke kanan.
Konsekwensi dari outlet yang tidak bisa menjual produk ke pelanggannya, adalah salesman tak bisa menjual lagi ke outlet tersebut, pada kunjungan berikutnya, karena masih ada stock dari kunjungan yang lalu.
Sangat naif kalau seorang direktur sales bersikeras mengadakan Trade Promo atau semacam diskon agar outlet mau menerima atau membeli produknya, sementara departemen marketing tidak mengantisipasi dengan consumer promo, atau promo lain yang sifatnya mendorong konsumen untuk membeli produk tersebut, atau hal yang lebih mendasar lagi dengan tidak diberikan nya kesempatan untuk menjaga loyalitas, image dan persepsi produk di mata konsumen.
Peran dari CEO untuk mengatur keseimbangan kinerja Departemen ini sangat krusial, karena Korporasi harus mempertahankan profitabilitas, loyalitas konsumen, dan harmonisasi, serta soliditas masing masing departemen.
“Performance Management is a process by which managers and employees work together, to plan, monitor and review an employee’s work objective and overall contribution to the organization.
More than just an annual performance review, PM is the continuous process of setting objectives, assessing progress and providing on-going coaching and feedback, to ensure that employees are meeting their objectives and career goals.
”Yang dimaksud dengan ‘work together’ adalah bekerja, dan tahu apa yang dikerjakannya sesuai dengan posisi masing masing.
Sangat aneh misalnya, seorang salesman berjuang habis habisan di lapangan, dan hanya mengandalkan prinsip, pokoknya target penjualan saya tercapai.
Tidak ada kepentingan lain, selama saya bisa menjual produk ke outlet langganan.
Perlu disadari, bahwa yang dilaksanakan oleh salesman tadi adalah bagian dari ‘push’ teori, yaitu menjual ‘Selling-in’ ke outlet, dia tidak berpikir tentang ‘Selling out’ dari outlet kepada konsumennya, sebagai ‘pull’ dari konsumen.
Sales memang tidak konsentrasi kepada pull atau dorongan konsumen untuk membeli, karena itu bagian dari marketing yang meremind, memicu agar konsumen berkeinginan untuk membeli produk yang dijual oleh outlet.
Departemen sales tidak boleh hanya memakai ‘ Kacamata kuda‘, pokoknya produk sudah saya selling in ke outlet, tanpa melihat lagi ke kiri dan ke kanan.
Konsekwensi dari outlet yang tidak bisa menjual produk ke pelanggannya, adalah salesman tak bisa menjual lagi ke outlet tersebut, pada kunjungan berikutnya, karena masih ada stock dari kunjungan yang lalu.
Sangat naif kalau seorang direktur sales bersikeras mengadakan Trade Promo atau semacam diskon agar outlet mau menerima atau membeli produknya, sementara departemen marketing tidak mengantisipasi dengan consumer promo, atau promo lain yang sifatnya mendorong konsumen untuk membeli produk tersebut, atau hal yang lebih mendasar lagi dengan tidak diberikan nya kesempatan untuk menjaga loyalitas, image dan persepsi produk di mata konsumen.
Peran dari CEO untuk mengatur keseimbangan kinerja Departemen ini sangat krusial, karena Korporasi harus mempertahankan profitabilitas, loyalitas konsumen, dan harmonisasi, serta soliditas masing masing departemen.
Harmonisasi Performance Manajemen
Harmonisnya hubungan antar departemen dalam mencapai top performance sangat penting untuk diperhatikan CEO.
Sudah banyak dibahas dalam tulisan yang lain, namun jarang disentuh persiapan menuju harmonisasi, kerjasama, dan saling pengertian dari tiap departemen, sehingga membuat semua departemen lebur menjadi satu kesatuan, yang saling mendukung dalam mencapai top performance.
Diperlukan kebijakan dan fleksibilitas CEO, sehingga para direktur saling menghargai, saling membutuhkan satu sama lain untuk mendapatkan hasil yang optimal. untuk itu diperlukan satu ‘Indikator Peformance Manajemen’ yang bersifat indikasi dan kualitatif, untuk membantu pengukuran dalam ‘Performance Measure’ yang bisa dihitung secara kuantitatif.
Beberapa persyaratan indikator performance adalah sebagai berikut :
Sudah banyak dibahas dalam tulisan yang lain, namun jarang disentuh persiapan menuju harmonisasi, kerjasama, dan saling pengertian dari tiap departemen, sehingga membuat semua departemen lebur menjadi satu kesatuan, yang saling mendukung dalam mencapai top performance.
Diperlukan kebijakan dan fleksibilitas CEO, sehingga para direktur saling menghargai, saling membutuhkan satu sama lain untuk mendapatkan hasil yang optimal. untuk itu diperlukan satu ‘Indikator Peformance Manajemen’ yang bersifat indikasi dan kualitatif, untuk membantu pengukuran dalam ‘Performance Measure’ yang bisa dihitung secara kuantitatif.
Beberapa persyaratan indikator performance adalah sebagai berikut :
> Consistency, dalam tataran waktu atau antar unit departemen.
> Comparability,pembanding yang tepat dan rasional.
> Clarity, mudah dipahami
< Controllability, dapat dikendalikan ditiap departemen.
> Contingency, sesuai struktur,gaya dan kompleksitas korporasi.
> Comprehensiveness, refleksi semua aspek untuk mengambil keputusan.
> Boundedness, fokus pada faktor utama dari keberhasilan korporasi
.
.
> Relevance, dengan kondisi waktu dan kebutuham tertentu.
> Fasibility, harapan yang realistik.
Kesembilan indikator di atas, secara singkat bisa dijabarkan sebagai spesifik dan jelas, pengukuran objektif kualitatif dan kuantitatif, achievable, flexible,sensitif dan effektif effisien. apabila indikator tersebut bisa dibicarakan sebelum penyusunan rencana Tahunan dan Performance Management, maka sosialisasi bisa disampaikan kepada masing masing departemen, dan tidak perlu lagi satu departemen merasa superior dibandingkan yang lain.
Persiapan untuk membuat harmonis antar departemen tersebut, adalah kunci utama agar tidak ada Departemen yang memakai kacamata kuda, dengan anggapan departemen saya beres dan terbaik, dan tidak mau tahu lagi kinerja departemen lain.
Biarlah Selling-in tetap tinggi sebagai push ke outlets, namun marketing sudah siap mengantisipasi pada saat yang tepat melalui consumer promonya, untuk tetap loyal dan membeli produk mereka.
Kesembilan indikator di atas, secara singkat bisa dijabarkan sebagai spesifik dan jelas, pengukuran objektif kualitatif dan kuantitatif, achievable, flexible,sensitif dan effektif effisien. apabila indikator tersebut bisa dibicarakan sebelum penyusunan rencana Tahunan dan Performance Management, maka sosialisasi bisa disampaikan kepada masing masing departemen, dan tidak perlu lagi satu departemen merasa superior dibandingkan yang lain.
Persiapan untuk membuat harmonis antar departemen tersebut, adalah kunci utama agar tidak ada Departemen yang memakai kacamata kuda, dengan anggapan departemen saya beres dan terbaik, dan tidak mau tahu lagi kinerja departemen lain.
Biarlah Selling-in tetap tinggi sebagai push ke outlets, namun marketing sudah siap mengantisipasi pada saat yang tepat melalui consumer promonya, untuk tetap loyal dan membeli produk mereka.
Semoga.
eddie.priyono@yahoo.com
eddie.priyono@yahoo.com
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.