Translate

AKU adalah AKU....aku yang dilahirkan dari keluarga sederhana dikota kecil,
AKU adalah AKU....aku yang dipecut sejak kecil untuk menjadi manusia yang berguna dihari tua,
AKU adalah AKU....aku yang melihat segalanya dari kacamata seorang manusia,
terimakasih bapak , maturnuwun ibu , bahkan airmata ku pun tak bisa membalas kebaikan ini,
segala puja doa , hanya bisa kukirim ,  untukmu almarhum bapak ibu,
dan hanya bisa bersyukur kepada MU ya ALLOH , Tuhan sang Maha Penyayang ......
purna kata , sudah selayaknya aku harus "memanusiakan manusia dengan nurani".......
aku
,eddiepriyono.

 

Rabu, 22 April 2015

RENDANG












www.infomoneter.com

Drs Eddie Priyono MM.

Penasehat Lembaga Pusat Studi dan Komunikasi Pemerintahan (PUSKOPEM), Managing Director PT Victory Group.

Sebenarnya negeri kita yang katanya gemah ripah lohjinawi,subur dan kaya akan semua hasil alam, telah diketahui sejak petualangan VOC , dan sebagai perusahaan dagang Belanda pada saat itu, merekalah yang pertama menikmatinya.
Alkisah ini sudah lama kita ketahui , beratus tahun yang lalu, dan Nusantara pada saat itu adalah untaian mutiara di Katulistiwa.

Sungguh suatu keadaan yang ideal, sebagai warga negara, kita bangga dan tersanjung dengan alkisah tersebut.

Namun kini setelah menjelang usia Republik Indonesia yang ke 68 tahun ini, masih adakah rasa bangga  itu ?.  Atau jangan jangan 'Alkisah' itu akan tetap menjadi 'alkisah' ?

Sebenarnya arti kebanggaan terhadap apa yang ada saat ini , tidak bisa lepas dari suatu  PROSES yang sedang kita jalani, dalam membangun bangsa , yang minimal bisa sejajar dengan  bangsa lain didunia.

Persaingan antar pemerintahan suatu bangsa dalam memajukan negaranya ,terkadang dilakukan dengan cara cara yang baik, tetapi terkadang juga dengan  menghalalkan segala cara, bahkan kalau perlu dengan merugikan bangsa dan negara lain. 
Banyak sekali contoh dimana saling menjatuhkan satu sama lain sudah dianggap hal yang lumrah, wajar, dengan asumsi yang penting menguntungkan negaranya.

Malaysia misalnya, sebagai Negara jiran yang katanya serumpun dengan kita, mulai tahun 2011 mempromosikan lagu “ rasa sayange” sebagai lagu daerah di Malaysia, yang digunakan untuk mempromosikan pariwisata  di negaranya.
Kita semua marah dan protes ke negara tersebut, namun yang terjadi malahan mereka menambah klaim beberapa tari dan kebudayaan kita sebagai budaya asli mereka.
Tari Pendet, Reog Ponorogo, dan lain lain nya.

Kita sebatas marah, kecewa, protes dan lainnya sebagai wujud rasa nasionalisme??.
Hal yang sangat bagus untuk lebih meningkatkan rasa solidarisme, kebangsaan dan nasionalisme terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Namun lebih bijak kalau kita berani menganalisis, kenapa Malaysia memakai dengan mengaku atau mencuri “material” kita ?

Yang sudah pasti adalah, material tersebut 'berkwalitas dan bagus dimata mereka'
Masih ada ratio lain, yaitu bahasa Melayu yang ada di bait lagu sama atau  mirip dengan bahasa Melayu yang mereka pakai.

Kalau kita jujur, bahwa kita pun 'tidak care' terhadap seni seni jadul ini, yang kemungkinan kita lebih menyukai seni modern dan baru, dan sangat minimal yang menyukai seni jadul kita.
Bukankah ini suatu kontradiksi , masyarakat kita kurang berminat terhadap seni jadul,dan bangsa lain malahan tertarik untuk memakainya.????

Paling tidak hal ini sudah menaikkan rasa nasionalisme kita melalui protes protes keras, dan ketidaksukaan kita terhadap pembajakan ini.

RENDANG.

Tahun 2012 yang baru berlalu, rendang, salah satu ikon masakan padang, masuk dalam kategori masakan terlezat didunia, bersama beberapa masakan lain dari negara lain.
Suatu kebanggaan lagi buat kita, mengingat rendang tidak bisa lepas dari masakan Indonesia , yang sekarang ini tersebar diseluruh negara kita ini.
Beragam masakan,makanan baik yang tradisional, kedaerahan,maupun internasional, tersaji disepanjang jalan, restoran, mall, supermarket, perkantoran, complex perumahan, dimanapun ada dan tersedia.

Baik yang asli Padang, Tegal,Kudus,Surabaya,Madura,Solo,Jogya Palembang,sampai masakan Makasar , Menado dan dari daerah pelosok manapun mempunyai makanan khas.
Suatu kekayaan yang tidak pernah kita sadari, sebagai resources untuk melakukan 'bisnis kuliner'.

Namun hal yang kontradiktif  juga terjadi dinegara kita.
Sampai kekota kota kecil sudah tersebar sebagai jaringan makanan luar, seperti KFC, Mc D,dan lain lain makanan siap saji, tetapi juga jaringan jaringan restoran dari luarnegeri, Duck King, Chow King ,dan lainnya.
Sungguh suatu persaingan terbuka dinegeri ini, antara restoran masakan lokal, restoran lokal terkoordinir dalam grup, dan restoran internasional. 
Inilah pasar dan persaingan bebas di negara kita ini.

Sampai dimana kekuatan entrepreuner kita ?
Sampai seberapa jauh dan kuat daya saing mereka ?
Yang terang mereka memperebutkan pasar yang besar sekali, dinegeri ini , dengan jumlah populasi sampai dengan 240 juta penduduk.

Sampai dimana kekuatan rendang untuk tetap digemari masyarakat Indonesia ?

Akankah rendang yang menyandang gelar makanan terlezat didunia ini bisa bertahan dinegaranya sendiri ?

DIRFT.



Seorang tokoh dan sesepuh Minang, pernah bergurau dimasa lalu, dengan mengatakan, bahwa kalau diijinkan orang Minang berangkat ke Bulan, maka yang pertama dilakukan adalah membuka warung padang, dan tentu menyediakan masakan padang.

Suatu joke yang memiliki idealisme yang kuat, dan kepercayaan tinggi, bahwa masakan padang bisa diterima siapapun baik rasanya, servis penyajian cepatnya, dan keunikan keragaman rempah yang digunakan sebagai material masakan.
Seorang sahabat berasal Bukittinggi dan sekarang tinggal di Pekanbaru, suatu hari mengajak diskusi temannya, mungkinkah masakan padang go internasional seperti Mc D ?

Tentu saja bisa, tentu saja sanggup bersaing apalagi dengan ikon rendang masakan lezat didunia. 
Hal ini sangat menguntungkan dengan membalik pertanyaan untuk persaingan kuliner yang ada saat ini.

Akankah kita hanya bermain lokal, dan bertahan dari gempuran makanan dan masakan internasional, dinegara kita ini.
Bertahan itu sangat perlu, tetapi tidak mungkinkah kita melakukan serangan dengan memasarkan masakan padang misalnya ke luar dari negara kita ?

Dalam dunia sepakbola ada strategi yang mengatakan, pertahanan yang paling baik adalah dengan menyerang.
Tapi didunia persaingan bisnis, bertahan dan menyerang adalah 2 hal yang berbeda dan tidak ada dalam satu lapangan.

Adakah seorang entrepreneur yang tertarik untuk membuat jaringan pemasaran masakan padang keluar negeri khususnya ke Asia Tenggara dulu? 
Adakah talents atau sdm yang bisa melakukan dan memanage bisnis kuliner internasional ini? Adakah cara yang terbaik untuk mempersiapkan segala sesuatunya, mulai dari bussines plan, persiapan permodalan, jaringan dan dukungan talents untuk memulai nya ?

Semuanya bisa dan akan sukses kalau dijalankan dengan persiapan yang berkwalitas. 
Phillips B Crosby dalam bukunya “QUALITY WITHOUT TEARS” , nomor satu sebelum seseorang melakukan tindakan yang berkwalitas, maka tindakan pertama adalah ‘to do it right the first time”

Sering disingkat menjadi  DIRFT,  ini menyiratkan bahwa apapun yang akan dilakukan, lakukan dengan benar sejak pertama kali.

Ada 3 hal yang krusial yang harus dipenuhi, bertemu dan buat kesepakatan dengan para talents tentang apa yang akan dicapai, berikan parameters apa saja dan sampaikan tools untuk membantu mereka mencapainya, dan terakhir sediakan dan dampingi terus mereka untuk bisa mencapai sasaran bersama.
Dari sini akan terlihat dari masing masing untuk berjuang secara DIRFT, dan bersama menyepakati, melakukan dengan benar sejak pertama.

Misalnya dengan memilih negara pertama yang akan menjadi test area, berdasarkan riset yang benar . Entrepeneur yang bijak tentu akan melakukan semua persiapan dengan  DIRFT, termasuk dalam menjaring talents yang akan memanage kuliner internasional ini, memilih sumber pendanaan, perbankan dan lain lain yang diperlukan untuk meminimalkan resiko apapun yang bukan hanya resiko kerugian.

Kalau seorang teman berusaha menggaet entrepreneur dari Singapore untuk memulai dan membuka bisnis internasional kuliner ini ,dengan memakai masakan padang sebagai materials , maka pertanyaannya adalah,  tidak adakah entrepreneur local yang sanggup memulainya ?

Percayalah, masih ada entrepreneur lokal yang mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi,  untuk membawa masakan padang dengan ikon rendang ini kekancah bisnis internasional dengan manajemen terpadu, kwalitas yang sama dengan Mc D  atau apapun makanan dan masakan yang ada disini.



Rendang masih menunggu tercapainya cita cita go internasional secara modern dan terpadu, dan yakin ini hanya menunggu waktu saja.



Semoga.

eddie.priyono@yahoo.com
                                                                                                                         

                                   


Share:

2 komentar:

eddiepriyono@gmail.com mengatakan...

..desember 2015...AEC..Asean Economic Community dimulai....negeri ini akan menjadi pasar besar bagi negara lain , karena peduduk yg notabene konsumen sangat potensial dan besar ?
..atau kita bisa 'menyerang' pasar nrgara Asean lain?...
..apakabar ekonomi kreatif?
..begitu banyak potensi ekonomi kerakyatan disini , bisakah menjadi komoditi export ?
..semua kami kembalikan kepada para penguasa ekonomi negeri ini......
..semua tergantung kesiapan dan pengaturan mereka....
..WELCOME AEC.....semoga negeri kami bukan sekedar tempat penjualan negara lain , yg mencari profit disini
..s e m o g a.

eddiepriyono@gmail.com mengatakan...

.. 350 outlet Mc D , diseluruh dunia , ditutup diakhir April ini , karena penjualan yang menurun...
.. nahhhh , pengetahuan junk food sudah mulai dimengerti konsumen ,
.. sama seperti minuman ready to drink , rtd , yg manis maupun yg berkarbonisasi , soda...
.. bukankah ini pertanda konsumen sadar , dan masakan menu utama , unik dan bergizi bisa mengisi pasar ?
.. apapun , negeri ini mempunyai resources utk go internasional......

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Iklan

Iklan
Portal berita ekonomi bisnis keuangan

Total Tayangan Halaman

Flag Counter
Diberdayakan oleh Blogger.

Popular