Majalah Human Capital Journal.
Drs Eddie Priyono MM.
Dalam satu Weekly Board Meeting ,
terjadi perdebatan panjang .
Direktur Penjualan meminta dengan sangat , agar acara “Family Gathering” yaitu acara bertamasya bersama yang diikuti seluruh karyawan korporasi , ditiadakan atau ditunda .
Turunnya volume penjualan yang berimplikasi turunnya Sales Margin , menjadi alasan utama Departemen Sales agar supaya korporasi berhemat dalam membelanjakan budget tahunan , yang mungkin akan diperlukan untuk “profit protection” seandainya diperlukan pada saat tutup tahun , untuk menutupi kekurangan sales margin .
CEO beserta Direktur HR bersikeras untuk tetap melaksanakan event gathering ini, karena bermanfaat untuk me refresh seluruh karyawan , sekaligus mempersatukan mereka yang setiap harinya bergelut dibidang masing masing.
Dan hari minggu event tersebut dilaksanakan , seluruh karyawan dan keluarganya bergembira , dipadukan dengan acara acara kebersamaan baik games antar departemen , maupun silaturahmi antar personel , yang selama ini terkadang hanya sebatas tahu nama dan tidak pernah berinteraksi .
Acara berlangsung sukses , dalam arti sesama karyawan lebih saling mengenal , suasana keluarga yang juga lebih nyaman , mendapatkan tambahan welfare dan perhatian korporasi , walaupun hal ini tidak bisa diukur dengan money value .
Dalam evaluasi mingguan berikutnya , CEO bertanya apakah ada dampak positif yang sudah terjadi , terutama dalam hubungan antar karyawan diseluruh jajaran Korporasi.
Direktur Penjualan yang sebelumnya berpikir negative memberikan informasi yang positif , bahwa para sales supervisor , sekarang tidak merasa sendirian berjuang diluar sana.
Mereka bisa secara pribadi menghubungi rekan rekannya di departemen lain , untuk berbagi dan menceritakan kesulitan dipasar , ide serta bantuan apa yang bisa mereka berikan , baik dari bagian logistik , produksi , finance bahkan masukan untuk product development sesuai keinginan .
CEO pun tetap mengingatkan , hubungan baik per orang sangat penting dalam interaksi , tetapi jalur komunikasi resmi melalui pimpinan departemen , tetap harus dilakukan dengan mengikuti aturan main , tidak ada shortcut yang bisa menghambat dan memicu terjadinya miskomunikasi .
Saluran saling informasi terbuka tetap dijaga , perasaan saling membantu tetap dikembangkan , dan para manager bisa lebih detail , dalam membuat analisa internal bersama manajer dibagian lain , untuk korporasi.
Direktur Penjualan meminta dengan sangat , agar acara “Family Gathering” yaitu acara bertamasya bersama yang diikuti seluruh karyawan korporasi , ditiadakan atau ditunda .
Turunnya volume penjualan yang berimplikasi turunnya Sales Margin , menjadi alasan utama Departemen Sales agar supaya korporasi berhemat dalam membelanjakan budget tahunan , yang mungkin akan diperlukan untuk “profit protection” seandainya diperlukan pada saat tutup tahun , untuk menutupi kekurangan sales margin .
CEO beserta Direktur HR bersikeras untuk tetap melaksanakan event gathering ini, karena bermanfaat untuk me refresh seluruh karyawan , sekaligus mempersatukan mereka yang setiap harinya bergelut dibidang masing masing.
Dan hari minggu event tersebut dilaksanakan , seluruh karyawan dan keluarganya bergembira , dipadukan dengan acara acara kebersamaan baik games antar departemen , maupun silaturahmi antar personel , yang selama ini terkadang hanya sebatas tahu nama dan tidak pernah berinteraksi .
Acara berlangsung sukses , dalam arti sesama karyawan lebih saling mengenal , suasana keluarga yang juga lebih nyaman , mendapatkan tambahan welfare dan perhatian korporasi , walaupun hal ini tidak bisa diukur dengan money value .
Dalam evaluasi mingguan berikutnya , CEO bertanya apakah ada dampak positif yang sudah terjadi , terutama dalam hubungan antar karyawan diseluruh jajaran Korporasi.
Direktur Penjualan yang sebelumnya berpikir negative memberikan informasi yang positif , bahwa para sales supervisor , sekarang tidak merasa sendirian berjuang diluar sana.
Mereka bisa secara pribadi menghubungi rekan rekannya di departemen lain , untuk berbagi dan menceritakan kesulitan dipasar , ide serta bantuan apa yang bisa mereka berikan , baik dari bagian logistik , produksi , finance bahkan masukan untuk product development sesuai keinginan .
CEO pun tetap mengingatkan , hubungan baik per orang sangat penting dalam interaksi , tetapi jalur komunikasi resmi melalui pimpinan departemen , tetap harus dilakukan dengan mengikuti aturan main , tidak ada shortcut yang bisa menghambat dan memicu terjadinya miskomunikasi .
Saluran saling informasi terbuka tetap dijaga , perasaan saling membantu tetap dikembangkan , dan para manager bisa lebih detail , dalam membuat analisa internal bersama manajer dibagian lain , untuk korporasi.
MAKE QUALITY
OF EVERY EMPLOYEE.
Robert
Slater dalam bukunya “ JACK WELCH and the GE
WAY “ ,mengatakan bahwa dalam meningkatkan kwalitas bisnis proses ,
diperlukan 4 tahapan yang harus dilalui , yaitu :
-.Measurement ,
mengidentifikasi key internal process ,
yang menyangkut langsung kepada
“critical of crisis”
-.Analysis , brainstorming , dan
mengerti apa yang sebenarnya terjadi dan mengidentifikasi
kunci
kunci yang menyebabkan defect.
-. Improve , mengkonfirmasi kunci
variable dan membuat modifikasi agar proses tetap
didalam koridor.
-. Control , memastikan proses
improvement berada dalam checklist yang disepakati dalam
analisis.
Memang apa yang disampaikan Slater
adalah bagaimana kwalitas dari produk atau jasa yang dihasilkan korporasi bisa
memenangkan persaingan melawan kompetitor .
Tetapi dialam bisnis yang sudah semakin maju , korporasi tidak hanya menginginkan kemenangan dalam persaingan pasar saja , tetapi juga bersatunya kwalitas seluruh SDM .
Tingginya level kepercayaan , kepuasan , kebersamaan dan saling menghargai diantara SDM adalah impian korporasi , untuk menata para talents , menghasilkan bukan hanya loyalitas , tetapi juga kebanggaan SDM terhadap korporasi tempat mereka mengkontribusikan profesionalismenya .HR adalah satu institusi yang paling memegang peran untuk ini , dengan mempersiapkan program yang kontinyu , bukan hanya menyenangkan dan membuat hubungan antar SDM lebih mempunyai value , tetapi juga bangga sebagai motor penggerak korporasi hingga mencapai missi , visi dan values.
Prestasi korporasi hendaknya sejajar dengan prestasi individu SDM , yang berarti kepuasan total akan terjadi . Ini bukanlah hanya peran manager ataupun superior diatasnya sang SDM , tetapi juga peran HR yang mengfasilitasi tempat berkarya , climate yang kondusif , hubungan internal yang harmonis dipadu dengan skill dan dipraktekkan masing masing jajaran , didalam korporasi.
Tetapi dialam bisnis yang sudah semakin maju , korporasi tidak hanya menginginkan kemenangan dalam persaingan pasar saja , tetapi juga bersatunya kwalitas seluruh SDM .
Tingginya level kepercayaan , kepuasan , kebersamaan dan saling menghargai diantara SDM adalah impian korporasi , untuk menata para talents , menghasilkan bukan hanya loyalitas , tetapi juga kebanggaan SDM terhadap korporasi tempat mereka mengkontribusikan profesionalismenya .HR adalah satu institusi yang paling memegang peran untuk ini , dengan mempersiapkan program yang kontinyu , bukan hanya menyenangkan dan membuat hubungan antar SDM lebih mempunyai value , tetapi juga bangga sebagai motor penggerak korporasi hingga mencapai missi , visi dan values.
Prestasi korporasi hendaknya sejajar dengan prestasi individu SDM , yang berarti kepuasan total akan terjadi . Ini bukanlah hanya peran manager ataupun superior diatasnya sang SDM , tetapi juga peran HR yang mengfasilitasi tempat berkarya , climate yang kondusif , hubungan internal yang harmonis dipadu dengan skill dan dipraktekkan masing masing jajaran , didalam korporasi.
ONE HEART.
Tidak mudah untuk menyusun suatu perencanaan jangka panjang , menata internal environment, yang membuat SDM menyatu dalam langkah dan pikiran , bangga berada dalam satu korporasi yang berkwalitas , materi, moral dan mental.
HR harus benar tahu “teori kelompok” perilaku mereka , dan bagaimana mengarahkan kelompok kelompok ini kedalam satu masterplan yang dimengerti , diyakini dan dilaksanakan bersama didalam kinerja korporasi.
HR juga harus memahami teori kepemimpinan , untuk mengajak pemimpin kelompok , mengajak anggota anggotanya , menyatu dalam satu hati , bersama berjuang di korporasi.
Bukan rahasia , banyaknya klik , sesama alumni , factor non teknis , etnis dan lain lain sebagai acuan kelompok , dan mempunyai pemimpin , baik pemimpin formal maupun informal.
HR memang harus bisa masuk kesemua kelompok , individu , dan semua aspek kehidupan yang ada didalam bisnis proses suatu korporasi .
Dan itu bukanlah hal yang mudah , bahkan sulit diukur , namun dampaknya bisa dirasakan bersama , sebagai keberhasilan seorang HR expert dalam menyatukan sumber daya manusia yang luar biasa besar , terlebih di satu korporasi yang memang beroperasi dilevel dunia.
Semuanya serba mungkin , dengan pendekatan Measurement , analysis , improve dan control , dalam skala yang flexible .
Acara family gathering diatas hanyalah satu contoh kecil , bagaimana HR terus berusaha menyatukan tekad , persepsi , skill , saling menghargai dalam kebanggaan bersama .
Hanya ada satu kata untuk itu . ONE HEART .
Semoga.
eddie.priyono@yahoo.com
eddie.priyono@yahoo.com
-
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.