Translate

AKU adalah AKU....aku yang dilahirkan dari keluarga sederhana dikota kecil,
AKU adalah AKU....aku yang dipecut sejak kecil untuk menjadi manusia yang berguna dihari tua,
AKU adalah AKU....aku yang melihat segalanya dari kacamata seorang manusia,
terimakasih bapak , maturnuwun ibu , bahkan airmata ku pun tak bisa membalas kebaikan ini,
segala puja doa , hanya bisa kukirim ,  untukmu almarhum bapak ibu,
dan hanya bisa bersyukur kepada MU ya ALLOH , Tuhan sang Maha Penyayang ......
purna kata , sudah selayaknya aku harus "memanusiakan manusia dengan nurani".......
aku
,eddiepriyono.

 

Sabtu, 21 Mei 2016

...J A R K O N I...




















Published di  "Human Capital Journal" magazine.

Drs. Eddie Priyono MM

Suksesnya  pencapaian tujuan  korporasi, identik dengan suksesnya kinerja  seluruh jajaran Sumber Daya Manusia , sesuai planning yang telah disusun didalam budget tahunan.  

Pada awal tahun 80an, seorang lulusan sarjana ekonomi yang pada saat itu masih sangat langka , sempat tertegun , karena begitu dia diterima sebagai “management trainee” disuatu perusahaan multi national yang memproduksi  consumers product, dia harus magang menjadi salesman kepasar pasar tradisional
Bukankah kalau diterima kerja , seorang sarjana seharusnya bisa langsung jadi Boss ?...pikirnya...

Dengan dibekali modal Rp 2juta , plus mobil van dan 1 sopir, dia harus menjual produk produk ke retail, sekaligus mendisplay produk, dan memasang alat peraga sarana reklamenya. 

Inilah aktifitas harian seorang sales promotor , yang menyisip produk yang belum ada di outlets , karena distributor sudah terbiasa hanya menjual produk yang mudah dan laku dijual.  

Para SP ini juga diharuskan untuk mendisplay produknya hingga  eye catching ,  diselingi alat peraga, khususnya produk yang saat itu sedang masa promosi.  
Dalam waktu 3 bulan , dia harus membuat laporan harian,  mingguan dan  bulanan yang tidak boleh ada selisih antara  stok, kas ,dan  dikonsolidasi dengan pengeluaran uang makan, bensin, parkir dan lain lain.  
Benar benar suatu pekerjaan lapangan yang jauh dari perkiraannya karena merasa dirinya adalah sarjana.
  
Dan setelah 3 bulan berjalan, saatnya sang Management Trainee  memberikan presentation didepan HR dan Manager terkait, apa saja yang telah dikerjakannya. 
Termasuk hasil audit pekerjaannya , yang dilakukan oleh supervisor yang berwenang diarea tersebut, bersama tim auditor dari korporasi.
Dan yang  paling ditunggu oleh Tim Penilai, ada lah  usulan usulan , ide baru, dan temuan temuan, tentang produk, alat peraga, komentar dari retailers, konsumen, aktifitas competitor dan lain lain.

Kemampuan, kemauan, semangat dan talenta sangat terlihat disini, bukan hanya teori , tetapi sudah mencakup praktek lapangan ,mental, disiplin, kejujuran, kreatifitas dan semangat juang si MT ini. 

Apabila dianggap lulus oleh Tim Seleksi,  maka si MT berlanjut dengan magang sebagai Supervisor selama 6 bulan kedepan.  

Dan kini didepannya terbentang lingkup kerja yang  luas dengan membawahi sales promotor yang sebenarnya , Sales Promotor asli , bukan yang magang .  

Demikian seterusnya, setelah 6 bulan si MT harus kembali berhadapan dengan Tim Seleksi untuk presentasi serupa.

Barulah dalam 3 bulan terakhir sebelum menginjak 1 tahun, si MT dijajal sebagai  Deputy Area Manager  disuatu area yang telah dipersiapkan. 
Dan , akhirnya setelah 1 tahun , dia telah  ready for use  sebagai Asistant Manager  dan  bisa naik kejenjang jabatan seterusnya. 

Program pelatihan semacam ini memang dipersiapkan untuk mendapatkan talenta  talenta calon pimpinan korporasi yang teruji dan mumpuni di masa yang akan datang.  

Dan model pelatihan semacam ini telah lama dijalankan oleh Militer dan Kepolisian melalui Akademi mereka.  
Sangat kontradiksi dengan kondisi sekarang , dimana banyak pimpinan instant, yang tiba tiba menjadi boss karena factor factor tertentu ,  dengan tidak melalui tahapan  seleksi  skill, mental, dan talenta yang ada dalam dirinya.  
Kenyataan ini terjadi  baik itu dibirokrat, politik, korporasi ataupun institusi lainnya, yang membuat kinerja di organisasi tersebut mempunyai kendala pada kwalitas pimpinan. 

Dan tidak bisa dipungkiri, itu juga berimbas kepada kinerja organisasi dalam mencapai tujuannya. Kita tidak perlu heran , kalau kinerja dibeberapa daerah itu kurang maksimal karena factor pelatihan yang kurang dipersiapkan untuk PIMPINAN yang instant ini .

Memang sudah banyak pimpinan daerah, atau korporasi yang menyadari hal ini, dan mereka mengejar ketertinggalan ini dengan pelatihan, pengembangan dan cara cara mengukur kinerja yang optimal bagi organisasinya, baik melalui  balance score card  ataupun metode lainnya.

JARKONI

Prof.Dr.Sondang P Siagian MPA dalam “ Manajemen Sumber Daya Manusia” mengatakan bahwa tujuan kesuksesan suatu organisasi tidak pernah lepas dari 4 kategori tujuan, yaitu :

  1.    Tujuan masyarakat secara keseluruhan.
  2.    Tujuan organisasi tersebut.
  3.    Tujuan fungsional yaitu manajemen SDM didalam organisasi.
  4.    Tujuan pribadi para anggota organisasi tersebut.



Kesuksesan suatu organisasi tidak hanya dengan tercapainya tujuan organisasi , tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat ataupun konsumen, internal organisasi maupun individu individu yang melaksanakan aktifitas organisasi tersebut. 

Suatu kompleksitas yang harus dimengerti oleh CEO,  Kepala Daerah, ataupun pimpinan Institusi. 

Jangan sampai seorang CEO atau Pimpinan Organisasi mempunyai sifat egois, dengan tidak mau melihat kekurangan dirinya, melupakan masukan dari bawahan, apalagi tidak berminat menambah skill nya melalui pelatihan dan pengembangan. 

Satu contoh dari  PHILLIPS B CROSBY dalam bukunya “QUALITY WITHOUT TEARS” tentang demotivasi.  
Seseorang yang telah diberikan pelatihan, dan mulai bekerja diperusahaan dengan anthusias yang tinggi,  serta bangga dengan institusi tersebut. 
Namun setelah beberapa bulan, dia mulai merasa bimbang.
  
Antara lain mulai mengeluh  : They don’t care about quality, I had this good idea but nothing happened, There is no way to get ahead around here, dan lain lain keluhan. 

Hal seperti ini adalah bibit dari suatu kerawanan soliditas organisasi,  yang harus cepat diselesaikan oleh sang CEO atau Pimpinan Organisasi. 

Seorang CEO yang dipersiapkan dari awal dengan spartan seperti si  Management Trainee diatas, tentu akan cepat tanggap,  karena dia merasakan hal yang sama disaat dia magang sebagai trainee dahulu.  
Begitupun CEO instant yang telah mengupgrade diri melalui pelatihan , akan merasa kawatir dengan situasi ini, karena bisa saja tujuan organisasi terhambat dengan kinerja SDM yang demotivasi. 

Maka sebaiknya jadilah  pimpinan yang  cepat  tanggap , ojo rumongso biso, nanging ora biso rumongso, jangan merasa serba bisa, tapi tidak merasakan apa yang sebenarnya terjadi.  

Dalam bahasa popular ini disebut sebagai  JARKONI.  
Singkatan dari  “BISO NGAJARI NANGING ORA BISO NGLAKONI”.  BISA MENGAJAR TAPI TIDAK BISA MELAKSANAKAN.  

Seorang CEO dituntut tahu lapangan, bersama sama turun kesana dan menguasai lapangan untuk lebih meyakinkan karyawannya. 

Seorang pensiunan jendral di POLRI yang terakhir bergelut di LEMDIK mengatakan kepada siswanya : “saya tidak mau hanya memberikan contoh yang baik baik  , tetapi saya harus melaksanakan contoh contoh yang saya berikan ini , didepan para siswa”.
Konsisten ucapan dan perbuatan , 

Komitmen terhadap ucapan.......sadarkah kita akan hal ini ?? 

Kesuksesan pencapaian TUJUAN  organisasi adalah kesuksesan kinerja seluruh jajaran sumber daya manusia .


Termasuk sang CEO.


Semoga.


eddie.priyono@yahoo.com

220516


Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Iklan

Iklan
Portal berita ekonomi bisnis keuangan

Total Tayangan Halaman

Flag Counter
Diberdayakan oleh Blogger.

Popular