Published " HUMAN CAPITAL JOURNAL " Magazine .
Drs Eddie Priyono MM.
Dalam
suatu kisah , seorang Senior Manager di Departemen Sales memberikan Training
kepada Sales Supervisor baru di Korporasinya , yang seolah tiada akhir .
Turn
Over pekerjaan dan jabatan yang sangat tinggi , seolah memberi training Supervisor baru sejumlah
10 orang , dan bulan depan harus memberi training lagi dalam jumlah yang sama.
Wahhhh..
Never ending training .
Dan sampai kapankah dia harus
menghabiskan waktu , dengan kesibukan mengajar yang membuatnya jenuh , dan
telah mengurangi waktunya yang seharusnya dipakai untuk berpikir dalam mengejar
volume penjualan .
Sering dia mengeluh keadaan ini ke HR Executive , kenapa SDM
yang direkrutnya tidak pernah bertahan lama, dan harus mengulang rekruit ,
mengulang training dan training lagi.
Apa sebenarnya yang telah dikerjakan oleh
Departemen HR ?
Yaa , mereka telah
membantu mencarikan kandidat , menyeleksi awal , administrasi dan lain lainnya,
namun mereka juga tak berdaya , begitu banyak yang mau menjadi kandidat ,
tetapi kembali mengundurkan diri setelah mendapatkan training , bahkan setelah
beberapa bulan join dikorporasi
Harus ada satu solusi agar situasi ini segera
berakir , apalagi competitiveness dari korporasi masih bisa disebut sebagai
diatas rata rata , baik dari take home pay , welfare , masa depan korporasi dan
eksistensinya didalam industri.
INVOLVE BUKAN
HANYA SUPPORT .
Berbicara
tentang situasi saat ini , maka inilah saat yang sangat krusial dimasa kampanye
PILPRES di Indonesia .
Begitu besar dominasi berita politik untuk pemilihan
presiden RI ,pada tanggal 9 Juli 2014 yang akan datang.
Bertubi berita kegiatan
para Tim Sukses para Kandidat , dan diselingi
berita dari relawan , yang tentunya sukarela mendukung pilihannya .
Para
relawan dengan segala jenis atribut , datang ke
POSKO Pemenangan Kandidat , untuk menunjukkan support mereka kepada
calon yang akan dipilihnya.
Dan setelah pulang dari deklarasi , boleh saja
mereka kembali ke kehidupan semula , tidak bisa dideteksi mereka berlanjut
menyebarluaskan dan meyakinkan orang lain , untuk memilih calon yang baru saja dideklarasikan
bersama rekan rekannya.
Atau mereka langsung berkampanye sendiri , karena
menjalankan komitmen.
Ini semua terserah para relawan tersebut , bahkan
seandainya target para relawan ini hanya untuk mendapatkan sorotan kamera
televisi , menjadi berita yang bisa dilihat teman , kerabat dan keluarganya .
Berbeda dengan TIM SUKSES Kandidat , yang setiap saat menganalisa apapun yang
terjadi diluar , termasuk aktifitas pasangan Kandidat saingannya.
Itulah
prioritas mereka , menganalisa , membicarakan langkah berikut bersama Kandidat
yang mereka perjuangkan saat ini.
Kerja keras siang malam untuk mempelajari
progres konstituen , per wilayah, kabupaten , propinsi sampai tingkat nasional.
Tim Sukses ibarat mata , telinga, dan konseptor
aksi berikut , think thank yang sangat diandalkan oleh Kandidat .
Sangat
berat tugas TIMSES ini , sehingga hanya orang pilihan , punya kapabelitas
tinggi, berjiwa inisiator dan inovator , dan seharusnya didengar sang Kandidat
, terlebih saat debat resmi yang ditonton jutaan pasang mata masyarakat.
TIMSES
bukan hanya di Indonesia , tetapi sudah lebih advance lagi di dunia Barat ,
apalagi USA . Merekalah alat pikir, penyempurna konsep yang ada , bahkan sampai
cara berpakaian , berpidato , senyum atau gerak tubuh Kandidat .
Bagaimana
dengan peran HR dalam memberikan kontribusi , untuk menjaring talents ,
mendesign masa depan talents , sampai dengan total kontribusinya kepada
korporasi ?
Peran HR bukan lagi hanya
mensupport Departemen lain , tetapi sudah saatnya menjadi bagian dari TIM
SUKSES Korporasi untuk mencapai tujuan visi missinya.
HR OUTSIDE
IN.
Didalam
bukunya “HR OUTSIDE IN” , Dave Ulrich , dan kawan
kawannya , menulis perkembangan HR dengan melihat
perkembangan dunia bisnis saat ini.
Mereka menulis bahwa bisnis saat ini tidak bisa lepas dari bisnis
yang dikehendaki
‘ key stakeholders’ yang terdiri dari customers ,
investors,communities,partners,employees dan lain lainnya .
“ if HR
professionals are truly to contribute to business performance ,then their
mindset must center on the goals of the business .They must take ,that outside
reality and bring it into everything they do , practicing their craft with an
eye to the business, as a whole and not just their own department.”
HR
sudah harus bisa mengendus apa yang terjadi dipasar industrinya , dan bersama
Departemen lain secara aktif membuat bukan hanya strategi , tetapi sudah ikut
membuat solusi agar korporasi secara aktif bisa lebih eksis dan kompetitif
dipasar yang mereka geluti.
Dalam pandangan mereka HR telah metamorfosis dari
tahap pertama , sampai sekarang memasuki tahap keempat .
Dari awal peran HR
sebagai HR administration , berkembang menjadi HR Practices , menapak lagi menjadi HR
Strategy , dan kini saatnya menjelma menjadi HR Outside In .
Pada
era ini , HR tetap harus konsentrasi dan menjalankan tiga tahap sebelumnya ,
namun sudah harus mulai dengan tahapan outside in ini. “ rather than
rely on the three waves before , we see future facing HR profesionals looking
outside their organizations to stakeholders, to define successful HR.
Mereka harus membawa semua parameter dipasar sesuai keinginan stakeholders ,
dan menjadikannya sebagai bahan dikombinasi data inside , sebagai acuan dalam
membuat keputusannya .
HR mestinya tahu apa yang terjadi di marketplace
ataupun di workplace , dianalisis bersama sebagai masukan yang akurat
kepada Manajemen maupun Departemen lainnya.
Didalam case study diatas , sudah selayaknya HR mengetahui
bagaimana mendapatkan solusi yang tepat , agar turnover supervisor yang baru
bergabung di korporasinya bisa
diminimalkan.
Seandainya itu terjadi disatu korporasi yang memproduksi dan
menjual minuman beralkohol misalnya , maka sudah selayaknya HR memahami karakter
produk , situasi pasar dan kompetisi, kenyamanan employee karena
memproduksi barang yang dianggap haram oleh sebagian besar masyarakat dan lain
lainnya. HR seharusnya menyadari ,
Supervisor harus mau menerima keadaannya
berkecimpung diproduk yang dianggap haram , dampak kepada mental dan moral
dirinya , keluarga, lingkungan, untuk masa depan , bukan sekedar mencari
nafkah dan karir saja,.
Apabila ini telah dipahami calon talents , masih
banyak hal di marketplace yang disebut outside untuk dimasukkan sebagai
in dari masalah ini.
Pengetahuan
tentang Peraturan Pemerintah tentang alkohol , Perda , aturan tidak
tertulis didunia malam , ‘red light district’ ,dan banyak hal lain yang
menjadi tantangan.
Ditambah dengan pengetahuan pembuatan barang palsu untuk
menghindari excise , persaingan keras
dalam merebut customers yang sebenarnya illegal , termasuk adu kuat promosi dan
lain lain.
Apabila hal tersebut diatas belum termasuk dalam agenda HR yang
merekrut , atau sudah tahu , tetapi tidak memasukkan program dalam mendapatkan
talents dan memberikan training yang inline , maka sudah wajar turnover
Supervisor akan tinggi .
Sungguh kasihan Senior Manager , harus berbicara
hal yang sama untuk supervisor yang berbeda setiap bulannya.
S
e m o g a .
eddie.priyono@yahoo.com
220516