Majalah Human Capital Journal
tahun 2014
Seorang manajer ada janji ketemu mantan
koleganya , pada hari sabtu , hari libur bagi korporasi.
Dan kembali untuk
kesekian kalinya , si Manajer gagal ketemu koleganya ,gagal ikut reuni.
Dipagi hari itu si
manajer menelpon temannya , dan meminta maaf tidak bisa bergabung , karena ada
rapat mendadak , dengan agenda untuk mempersiapkan sanksi keras kepada seorang
manajer Sales .
Lhoo?.
Kan hari Sabtu tidak ada aktifitas ? Si manajer hanya
menjawab , hari Senin si Suspect Manajer akan hadir di Head Office , karena
pagi tersebut harus ada keputusan.
Dengan sedih si manajer tidak ikut acara
reuni , yang sebenarnya sudah direncanakan jauh hari sebelumnya .
Satu ironi ,
kalau seorang Senior Manajer mengeluh Turnover karyawan tinggi , Introduction
training tiada henti dimana setiap bulan menguras tenaganya , dan ketidak
stabilan pencapaian target korporasi , karena kwalifikasi talents yang juga
dipertanyakan .
Satu situasi dari manajemen yang harus ditata kembali , karena
masalah HR bukanlah masalah ad hoc , tetapi menyangkut masa depan yang sangat panjang , sesuai tujuan korporasi
untuk mendapatkan kontinuitas bisnis, dan benefits bagi stakeholder nya .
HR
sebenarnya mempunyai satu ungkapan yang sangat valid, “ HR related
compliance , major competitive advantage will come from performing HR
compliance better than industry counterparts.”
Ini sangat menentukan dalam menjalani keberadaan dan kontinuitas
korporasi , khususnya menghadapi masa depan yang lebih rigid dalam memenangkan
kompetisi antar korporasi.
Sebagian HR expert
memberi kesimpulan yang sangat pendek , namun panjang sekali uraiannya ,
“give the people the right opportunity , the right tools , and training, and
they will perform”
Sangat simpel ,
tetapi mempunyai analisis panjang ,
khususnya menjawab pertanyaan , bagaimana seandainya terjadi ‘the people not
perform well’ ?
Situasi ini sangat tidak diharapkan , karena akan menjadi
resiko bagi perkembangan korporasi , dan pada akhirnya diperlukan analisis , ‘kenapa
terjadi ? Apa yang salah ? Dan bagaimana mengatasinya’.
PEOPLE
RISK.
Ada satu korporasi yang menghilangkan posisi HR
Director , dan hanya menyerahkan tanggung jawabnya kepada Senior Manajer HR .
Korporasi menganggap HR hanyalah mengelola masalah recruiting , training ,
administrasi kepegawaian, perburuhan , dan external relation yang ada diluar
Korporasi .
Manajemen Korporasi tidak memikirkan resiko kedepan , terutama
resiko yang akan menerpa talents , dimana mereka setiap hari bekerja memberikan
kontribusi nya , dan terkadang tidak memprediksi apa yang akan terjadi di kelak
kemudian hari .
Satu keadaan internal yang buruk terkadang membuat people
menjadi jenuh , tidak mendapatkan motivasi kerja , bahkan mengarah ke situasi
frustrasi , dan akan membahayakan kelangsungan proses operasional korporasi ,
apalagi bila hal ini tidak diprediksi dan diantisipasi jauh hari sebelumnya ,
sehingga akan terlambat dalam memperbaiki keadaan yang ada.
.
Beberapa hal
penting yang harus diperhatikan didalam ‘people risk’ adalah : company
culture , talents shortage, talents performance , low morale , unethical
behaviour , excessive absenteeism , employee wellness , sabotage, workplace
violence, dan berakhir di non compliance with industry and other regulations
and laws .
Sangat penting memahami aspek
tersebut diatas , karena satu elemen saja terkontaminasi , akan membuat
talents yang ada didalam organisasi tersebut mengalami kontraksi yang merugikan
semuanya .
Manajemen harus jeli melihat satu demi satu aspek diatas , untuk
mengantisipasi apapun yang akan terjadi , selayaknya sedia payung sebelum hujan
, antisipasi yang akan terjadi sebelum terlambat.
People risk bisa dianalisis
bersama masing masing bagian , dengan input positif dari setiap Kepala Bagian .
Satu bagian akan berbeda potensi people risk nya , dibandingkan bagian lainnya ,
dengan melihat kultur , kemajemukan , dan kebiasaan yang telah ada , terutama
kebiasaan lama yang sulit dihilangkan , walaupun oleh Kepala Bagian mereka
sendiri .
Posisi HR Director menjadi sangat sentral , sebagai project tim dari
antisipasi people risk ini , mengingat posisi tawar yang tinggi bersama
Direktur di Departemen lainnya .
Disinilah sebenarnya peran HR yang disebut
sebagai ‘performing HR compliance better
than industry counterpart’.
Tak pelak lagi , HR risk adalah konsolidasi dari
people risk , tersusun rapi sebagai
master plan dari korporasi dalam menghitung resiko HR dimasa depan.
HR RISK
Potensi resiko yang akan terjadi dibidang HR
sangat banyak dan complicated .
Bisa dibayangkan kalau satu Korporasi besar ,
dengan Divisi ataupun Departemen yang dikelola seorang Direktur , tentu
Korporasi ini berjalan sebagai satu proses kerja bersama , dari banyak bagian
yang berbeda , menuju satu tujuan yaitu tercapainya ‘management objective’.
Roda yang diputar bersama ini memiliki potensi masalah dimasa yang akan datang
, dan ini yang harus dipersiapkan sebagai satu strategi HR Risk Management.
Terlebih hal ini akan terjadi , saat Korporasi merencanakan Merger ataupun Aquisition , dengan
menggabungkan dua organisasi menjadi satu manajemen.
Wahh.
Ini mesti dipersiapkan satu model
strategi oleh HR bersama Manajemen lainnya , untuk mengkalkulasi Resiko .
Model
dari strategi HR Risk Manajemen ini, biasa dibagi dalam empat tingkatan value,
yaitu mulai dari ‘low value , medium
, high , dan terakhir very high’.
Analisis dari Strategi HR Risk Manajemen
, terbagi dalam 10 kriteria besar , dengan mulai dari level paling rendah
sampai level sangat tinggi , sebagai relative strategic value nya antara
lain :
- Standard and Routine background , low.
- Defensible,value added and custom background , low.
- HR related compliance , low .
- Operation execution Risk Mnagement , medium.
- Strategic and prediction human capital , due dilligence , medium.
- Strategic predictive humancapital duedilligence,critical business
scenarios, medium.
- HR - M&A macro , HR data, process and technology infrastructure ,
high .
- HR - M&A macro, issue company benefits, related compliance etc,
high .
- HR - M&A macro , over estimation or other business synergies etc ,
very high.
- Leadership Risk management , very high.
Dari sepuluh model diatas , harus diakui bagi
korporasi normal yang tidak merencanakan Merger Aquisisi , Leadership Risk
Management adalah masalah utama .
Kesalahan pemberian tongkat estafet
CEO, tujuan pribadi masing masing CEO
akan menjadi dasar , kemana korporasi akan dibawa .
Bisakah mereka membuat
antisipasi dari resiko HR, memberi
kesempatan Departemen HR untuk merencanakan ini semua?
.
Senior Manajer diatas
masih bingung menghadapi masalahnya , dan berharap dihati kecilnya bagaimana
memecahkan masalah ini , atau barangkali saja si Manajer pun tidak bisa
memprediksi apa yang akan terjadi kemudian hari .
Waktu masih ada untuk
memperbaiki , seandainya mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi saat ini ,
dengan hati yang jujur , dengan semangat
profesionalisme , melalui HR Risk Management,
semoga.
eddie.priyono@yahoo.com