Majalah "HUMAN CAPITAL JOURNAL".
Drs Eddie Priyono MM
Adalah satu kenyataan , bahwa Korporasi didirikan berdasarkan mimpi , keinginan dan kemauan Pendiri , dari organisasi atau korporasi .
Impian dan harapan tersebut , akan lebih menitik beratkan tercapainya eksistensi korporasi dan bukan hanya keuntungan semata.
Sangat naif apabila mereka hanya berbicara keuntungan semata , karena kontribusi untuk sosial budaya masyarakat , customer dan manfaat lain secara keseluruhan adalah juga impian yang harus sejalan .
Budaya yang dominan pada saat korporasi didirikan , biasanya dipengaruhi oleh mayoritas anggota Organisasi saat itu .
Perusahaan penerbangan di USA , SOUTHWEST AIRLINES misalnya , dari awal didirikan mempunyai karakter budaya hardwork , loyal , untuk menghasilkan kepuasan konsumennya.
Begitupun HEWLETT-PACKARD , dari awal sudah terbentuk budaya untuk mendapatkan inovasi produk , kualitas serta responsif terhadap consumer needs .
Dominasi budaya sejak Korporasi dilahirkan inilah yang menjadi guideline dari tingkah laku SDM didalam korporasi tersebut .
Aktifitas ini mengharuskan pimpinan , baik itu Board of Commisioner maupun Board of Director mengakomodasi dalam VISI dan MISI yang menjadi patokan organisasi kedepan.
1. Budaya
kerja yang sudah ada , dimiliki dan sejalan dengan VISI MISI , dari waktu kewaktu terus berjalan seirama
dengan perkembangan korporasi .
Pimpinan silih berganti , demikianpun SDM yang ada .
Semua ini harus dijaga , dan dilaksanakan sebagai warisan dari tujuan awal korporasi didirikan .CEO sebagai pelaksana pimpinan harian sudah selayaknya memperhatikan budaya kinerja ini .
Dinamisnya perkembangan bisnis ataupun Customer needs , diantisipasi dengan membuat strategi korporasi , dan tetap menjaga VISI dan MISI .
“Mengatakan tujuan yang sama , walaupun harus dengan bahasa yang berbeda , dalam STRATEGI yang direncanakan , untuk mencapai VISI dan MISI ”.
Mindset , attitude , habits bahkan perilaku dari Pimpinan tetap harus konsisten dari waktu kewaktu . Stakeholders dari kedua contoh Korporasi diatas akan merasa nyaman , apabila CEO tetap menjaga budaya yang mereka ciptakan dari awal .
VISI MISI dan budaya kerja , sudah sangat umum tersurat didalam Company Profile , sering tergantung didinding ruang rapat , ruang kerja ataupun ditempat yang mudah dibaca karyawan , tamu , dan customer yang menghendaki pengetahuan dari produk yang dia pakai.
Menanamkan budaya kerja juga tertuang dalam guideline training , baik karyawan baru , training pengembangan karyawan, didalam rapat resmi harian , mingguan ataupun rapat bulanan yang bersifat intern maupun nasional.
Pimpinan silih berganti , demikianpun SDM yang ada .
Semua ini harus dijaga , dan dilaksanakan sebagai warisan dari tujuan awal korporasi didirikan .CEO sebagai pelaksana pimpinan harian sudah selayaknya memperhatikan budaya kinerja ini .
Dinamisnya perkembangan bisnis ataupun Customer needs , diantisipasi dengan membuat strategi korporasi , dan tetap menjaga VISI dan MISI .
“Mengatakan tujuan yang sama , walaupun harus dengan bahasa yang berbeda , dalam STRATEGI yang direncanakan , untuk mencapai VISI dan MISI ”.
Mindset , attitude , habits bahkan perilaku dari Pimpinan tetap harus konsisten dari waktu kewaktu . Stakeholders dari kedua contoh Korporasi diatas akan merasa nyaman , apabila CEO tetap menjaga budaya yang mereka ciptakan dari awal .
VISI MISI dan budaya kerja , sudah sangat umum tersurat didalam Company Profile , sering tergantung didinding ruang rapat , ruang kerja ataupun ditempat yang mudah dibaca karyawan , tamu , dan customer yang menghendaki pengetahuan dari produk yang dia pakai.
Menanamkan budaya kerja juga tertuang dalam guideline training , baik karyawan baru , training pengembangan karyawan, didalam rapat resmi harian , mingguan ataupun rapat bulanan yang bersifat intern maupun nasional.
2. Untuk
melaksanakan Strategi , Pimpinan Korporasi membuat suatu ringkasan sebagai
slogan harian mereka , sehingga mudah untuk
dihafal , dicerna dan dilaksanakan .
Ada yang menyebut “Performance Culture” , atau “Core Values”.
Ini membuat siapapun yang terlibat didalamnya fokus , tidak perlu mengingat poin Strategi yang lebih panjang .
Sebuah instansi pendidikan militer membuat Core Values ,dan dihayati oleh para tentara yang menjadi siswa , dan trainernya. “ lebih baik mandi keringat disaat latihan , daripada mandi darah saat pertempuran “ .
Kalimat yang singkat dan padat , membuat siswanya bersedia kerja dan berpikir keras dalam latihan mereka.
Slogan banyak dibuat oleh Korporasi , sebagai penyederhanaan performance culture mereka , mudah dimengerti, dipahami dan dilaksanakan.
Ada yang menyebut “Performance Culture” , atau “Core Values”.
Ini membuat siapapun yang terlibat didalamnya fokus , tidak perlu mengingat poin Strategi yang lebih panjang .
Sebuah instansi pendidikan militer membuat Core Values ,dan dihayati oleh para tentara yang menjadi siswa , dan trainernya. “ lebih baik mandi keringat disaat latihan , daripada mandi darah saat pertempuran “ .
Kalimat yang singkat dan padat , membuat siswanya bersedia kerja dan berpikir keras dalam latihan mereka.
Slogan banyak dibuat oleh Korporasi , sebagai penyederhanaan performance culture mereka , mudah dimengerti, dipahami dan dilaksanakan.
3. Tantangan terberat Tim dalam mempersiapkan ini adalah sikap mental para karyawannya.
‘Orang lama’ yang biasanya sulit menyesuaikan diri dengan dinamisnya bisnis , adalah tantangan tersediri untuk membawa mindset lama kepada mindset baru.
4. Kunci sukses dalam membangun Performance Culture berada ditangan Board of Directors yang sehari hari memimpin operasional Korporasi.
Memberi contoh saja tidaklah cukup.
Ada pepatah untuk para Pimpinan dalam melaksanakan ini , “ Saya tidak hanya memberi contoh yang baik , tetapi saya melaksanakan contoh yang saya berikan ini”
5. Performance culture tidak harus selalu berubah , karena yang terpenting adalah makna yang terkandung didalamnya.
Setiap tahunnya , ada yang disebut sebagai Annual Budget session , saat PC ini dievaluasi , untuk mensupport strategi pencapaian semua goals Korporasi tahun depan.
6. PC
hanyalah menjadi slogan kosong biasa, disaat isinya tidak dilaksanakan sepenuh
hati. PC memerlukan pengawasan melekat ,
kontrol berjenjang dan diperlukan kontrol mendadak dari CEO , apakah benar
telah menjadi budaya yang dihayati karyawan setiap harinya.??
s e m o g a.
s e m o g a.
Eddie Priyono.
Mantan DIRUT PT Jangkar Delta Indonesia , Commercial Director PT Delta Djakarta Tbk.
eddie.priyono@yahoo.com
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.