Translate

Keluarga tercinta

Belajarlah untuk melepas masa lalu agar tidak menjadi penghalang di masa depan, walaupun masa lalu itu sulit dilupakan.

Tuhan tidak pernah tidur

Berpikirlah sebelum bertindak

Tuhan tidak pernah tidur

Bertindaklah dijalan Alloh swt, Tuhan maha pengasih

Tuhan tidak pernah tidur

Kasih ibu sepanjang jalan

Tuhan tidak pernah tidur

Kasih Tuhan sepanjang jaman

AKU adalah AKU....aku yang dilahirkan dari keluarga sederhana dikota kecil,
AKU adalah AKU....aku yang dipecut sejak kecil untuk menjadi manusia yang berguna dihari tua,
AKU adalah AKU....aku yang melihat segalanya dari kacamata seorang manusia,
terimakasih bapak , maturnuwun ibu , bahkan airmata ku pun tak bisa membalas kebaikan ini,
segala puja doa , hanya bisa kukirim ,  untukmu almarhum bapak ibu,
dan hanya bisa bersyukur kepada MU ya ALLOH , Tuhan sang Maha Penyayang ......
purna kata , sudah selayaknya aku harus "memanusiakan manusia dengan nurani".......
aku
,eddiepriyono.

 

Minggu, 21 Juni 2015

Mudik vs Investasi






















Surat kabar 'SUARA MERDEKA" Semarang, Jawa Tengah, 9 Oktober 2007.



judul :'Mudik Lebaran dan Investasi Daerah'.

Drs Eddie Priyono MM.

ADA yang menarik di balik fenomena mudik Lebaran.

Ritual umat itu sangat penting untuk dicermati para pengambil keputusan pemerintahan, baik pada tingkat nasional maupun daerah.

Namun, mungkin tidak menarik lagi jika kita hanya menonton iring-iringan motor pemudik dari Jakarta ke segenap pelosok di Pulau Jawa, karena reportase yang kita saksikan di layar kaca selalu merupakan "siaran ulangan" yang rutin terjadi setiap kali lebaran, tanpa pernah memikirkan ada apa sesungguhnya di balik fenomena itu.

Persoalan mudik menjadi hal yang kritis, ketika kita mencoba menguak ketidakmerataan investasi dan perguliran dana pembangunan antara pusat dan daerah.
Persis, alasan kita membenarkan ketimpangan itu adalah "di mana ada gula di sana ada semut".

Padahal kebijakan para pengambil keputusan itulah, yang dengan sengaja "mencecerkan gula-gula" secara terkonsentrasi di suatu wilayah, sementara itu daerah-daerah yang berserakan, berpulau-pulau di wilayah Nusantara ini tidak terjamah oleh "ceceran gula" pembangunan.
Ada semacam penyakit yang kita (juga mungkin para pengambil kebijakan negeri ini) derita, bahwa kebiasaan melihat potret Jakarta, seolah-olah para pemimpin itu telah melihat "wajah Indonesia" secara keseluruhan.

"Penyakit" itu juga mungkin menghinggapi para legislator dan senator di Senayan, sehingga "keberpihakannya" bagi investasi pembangunan di daerah tidak memperlihatkan gereget semangat perjuangan untuk daerah.
Akibatnya, "gula-gula" yang bertaburan di sekitar Jabotabek memang telah menarik jutaan "semut" untuk melakukan urbanisasi ke Jakarta.

Pertumbuhan ekonomi telah semakin menggelembungkan kekuatan Jakarta, sehingga dibutuhkan kota-kota satelit di sekitarnya sebagai penyangga, kawasan-kawasan berikat industri bertumbuh, dan karenanya urbanisasi pun semakin tak terhindarkan.
Meskipun kemudian setiap gubernur DKI Jakarta bersuara lantang untuk menekan laju urbanisasi, namun teriakan itu selalu sia-sia karena pemerintah pusat tidak secara strategis terencana mengantisipasi solusi sejatinya.

Masalah besar yang dihadapi bangsa ini adalah distribusi investasi.

Memang telah banyak upaya yang dilakukan pemerintah pusat untuk pemerataan pembangunan dengan penetapan zona-zona baru pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah.
Namun kebijakan itu tidak pernah secara konsisten dijalankan, apalagi dalam masa frekuensi pergantian rezim pemerintahan beberapa kali pada masa reformasi ini.
Pemerintah pusat terlihat sibuk bekerja beberapa tahun; setelah itu sibuk lagi mempersiapkan upaya pemenangan pemilu berikutnya.

Tapi, apakah layak jika kita terlalu berharap dari pemerintah pusat untuk mengubah nasib kita di daerah?
Kata kitab suci, "Alloh SWT tidak akan mengubah nasib seseorang (suatu kaum) kecuali orang itu mengubah nasibnya sendiri".
Artinya, kita jangan menyerahkan nasib kepada orang lain, termasuk kebergantungan kepada kebijakan pemerintah pusat.

Pemeran Utama

Kemandirian pemerintah daerah kini telah kita miliki.
Pemerintah daerah bersama masyarakat menjadi pemeran utama dalam melukis potret wajah masa depan daerahnya.
Peluang itu ada di tangan Pemda.
Para pemimpin di daerah telah menjelma menjadi seorang yang sangat menentukan bagi masa depan daerahnya, dan tidak bergantung (amat) di bawah bayang-bayang pemerintah pusat.

Gubernur, bupati, dan wali kota adalah sosok pemimpin yang mengendalikan lingkungan dengan memanfaatkan perubahan itu untuk kinerja daerah yang terus meningkat.
Mereka memahami betapa penting arti value creation dalam menjalankan roda organisasi "korporasi" yang bernama pemerintah daerah (pemda).

Persoalannya adalah, setelah otonomi daerah, daerah-daerah kemudian berlomba-lomba memperlihatkan capaian kinerja yang justru jauh lebih baik daripada kinerja pemerintah pusat.
Ketika di pusat tengah terjadi hiruk-pikuk berbagai perdebatan politik yang tak berarti dan hanya menghabiskan energi dan pikiran para pemimpin, maka sesungguhnya daerah "dengan pemimpin-pemimpinnya yang berkarakter" telah melakukan lompatan-lompatan besar dalam konteks manajerial pemerintah yang baik
.
Bupati dan wali kota telah menjelma menjadi "CEO-CEO korporasi" yang patut diperhitungkan. Mereka sangat memahami bagaimana seharusnya daerah menerapkan tata kelola pemerintahan yang baik, menumbuhsuburkan kehidupan demokrasi, memberikan peluang yang adil bagi segenap elemen masyarakat untuk berbisnis dan berekspresi, memberikan pembelaan berarti bagi pertumbuhan industri kecil dan menengah, serta mencari dan menjalin akses pasar bagi perekonomian UMKM baik di pasar nasional maupun di pasar global.








Tidak Berdaya

Memang tidak semua daerah bisa dengan segera menyesuaikan diri dengan angin perubahan itu. Persoalan yang rata-rata dihadapi adalah mengapa pemda-pemda di Indonesia "tidak berdaya" dalam mempromosikan wilayahnya sebagai kawasan investasi yang menarik bagi investor domestik dan asing?
Hanya beberapa daerah saja di Indonesia yang memiliki corporate communication atau corporate secretary yang luar biasa aktif dalam mempromosikan daerahnya kepada para investor.
Roadshow dilakukan tidak hanya di Jakarta, namun juga meretas batas-batas nasional hingga ke Jepang, Korea, Rusia, Amerika, Inggris, dan berbagai negara lain.

Namun, sebagian besar masih terjebak pada bingkai pikiran birokratif yang masih alergi dalam menerapkan segi-segi manajemen modern dalam pengelolaan organisasinya.
Celakanya, roda pemerintahan kemudian hanya dijalankan dengan kegiatan yang sangat terbatas melalui APBD secara tradisional tanpa melakukan mainstream pendanaan pembangunan yang melibatkan pihak investor swasta dan kolaborasi lain yang secara profesional mendatangkan keuntungan dan benefit bagi daerah.

Melihat urgensi itu, maka sangat penting bagi pemerintahan kabupaten/kota untuk memiliki gugus tugas marketing communications di setiap kecamatan, setiap kabupaten/kota, dan setiap provinsi. Mereka sangat berperan sebagai garda depan dalam kegiatan roadshow investasi di daerah.
Sekali lagi, jangan serahkan "periuk nasi" kita kepada BKPM di pusat.

Pemerintah daerah harus secara proaktif melakukan kampanye dan komunikasi-investasi secara profesional kepada simpul-simpul kapital di tataran nasional, regional dan global.


Kalau pemerintah daerah tidak melakukan hal itu, maka tentu saja kita akan kembali menyaksikan ritual mudik lebaran sepanjang hayat.

Sekian generasi kita di masa depan juga akan melakukan hal yang sama tanpa pernah kita merasa bersalah untuk mengubahnya.


- Eddie Priyono, praktisi dan pemerhati bisnis, pendiri Quantum Four Consulting, alumnus Undip.
eddie.priyono@yahoo.com
Share:

“ PERFORMANCE CULTURE ”.



























Majalah "HUMAN CAPITAL JOURNAL".


Drs Eddie Priyono MM


Adalah satu kenyataan , bahwa  Korporasi didirikan berdasarkan mimpi , keinginan dan kemauan Pendiri  , dari organisasi atau korporasi . 
Impian dan harapan tersebut  , akan lebih menitik beratkan tercapainya eksistensi korporasi dan bukan hanya keuntungan semata.

Sangat naif apabila mereka hanya berbicara keuntungan semata  , karena kontribusi untuk sosial budaya masyarakat , customer dan manfaat lain secara keseluruhan adalah juga impian yang harus sejalan .

Budaya yang dominan pada saat korporasi didirikan , biasanya dipengaruhi oleh mayoritas anggota Organisasi saat itu .

Perusahaan penerbangan di USA , SOUTHWEST AIRLINES misalnya , dari awal didirikan mempunyai karakter budaya  hardwork , loyal , untuk menghasilkan kepuasan konsumennya.

Begitupun HEWLETT-PACKARD , dari awal sudah terbentuk budaya untuk mendapatkan inovasi produk , kualitas serta responsif terhadap consumer needs .

Dominasi budaya sejak Korporasi dilahirkan inilah yang menjadi guideline dari tingkah laku SDM didalam korporasi tersebut . 
Aktifitas ini mengharuskan pimpinan , baik itu Board of Commisioner maupun Board of Director mengakomodasi dalam VISI  dan MISI  yang menjadi patokan organisasi kedepan.


   1. Budaya kerja yang sudah ada , dimiliki dan          sejalan dengan VISI MISI  , dari waktu                kewaktu terus berjalan seirama dengan                  perkembangan korporasi .

       Pimpinan silih berganti , demikianpun SDM        yang ada . 

       Semua ini harus dijaga , dan dilaksanakan            sebagai warisan dari tujuan awal korporasi          didirikan .CEO sebagai pelaksana pimpinan        harian sudah selayaknya memperhatikan              budaya kinerja ini .

Dinamisnya perkembangan bisnis ataupun Customer needs , diantisipasi dengan membuat strategi korporasi , dan tetap menjaga VISI dan MISI .

Mengatakan  tujuan yang  sama , walaupun harus dengan bahasa yang berbeda , dalam  STRATEGI  yang  direncanakan , untuk mencapai VISI dan MISI  ”.  

Mindset , attitude , habits bahkan perilaku dari Pimpinan tetap harus konsisten dari waktu kewaktu . Stakeholders dari kedua contoh Korporasi diatas akan merasa nyaman , apabila CEO  tetap menjaga budaya yang mereka ciptakan dari awal 

VISI MISI dan budaya kerja , sudah sangat umum tersurat didalam Company Profile ,  sering tergantung didinding ruang rapat , ruang kerja ataupun ditempat yang mudah dibaca karyawan , tamu , dan customer yang menghendaki pengetahuan dari produk yang dia pakai. 

Menanamkan budaya kerja juga tertuang dalam guideline training , baik karyawan baru , training pengembangan karyawan,  didalam rapat resmi harian , mingguan ataupun rapat bulanan yang bersifat intern maupun nasional.


2. Untuk melaksanakan Strategi , Pimpinan Korporasi membuat suatu ringkasan sebagai slogan harian mereka , sehingga mudah untuk  dihafal , dicerna dan dilaksanakan . 
Ada yang menyebut  Performance Culture” , atau  Core Values”. 

Ini membuat siapapun yang terlibat didalamnya fokus , tidak perlu mengingat poin Strategi yang lebih panjang . 
Sebuah instansi pendidikan militer membuat Core Values ,dan dihayati oleh para tentara yang menjadi siswa , dan trainernya.  lebih baik mandi keringat disaat latihan , daripada mandi darah saat pertempuran “ . 

Kalimat yang singkat dan padat ,  membuat siswanya bersedia kerja dan berpikir keras dalam latihan mereka. 
Slogan banyak dibuat oleh Korporasi , sebagai penyederhanaan performance culture mereka ,  mudah dimengerti, dipahami dan dilaksanakan.


3. Tantangan terberat Tim dalam mempersiapkan ini adalah sikap mental para karyawannya. 
‘Orang lama’  yang biasanya sulit menyesuaikan diri dengan dinamisnya bisnis , adalah tantangan tersediri untuk membawa mindset lama kepada mindset baru.



4. Kunci sukses dalam membangun Performance Culture berada ditangan Board of Directors yang sehari hari memimpin operasional Korporasi. 
Memberi contoh saja tidaklah cukup. 

Ada pepatah  untuk para Pimpinan dalam melaksanakan ini ,           “ Saya tidak hanya memberi contoh yang baik , tetapi saya melaksanakan contoh yang saya berikan ini”


5. Performance culture tidak harus selalu berubah , karena yang terpenting adalah makna yang terkandung didalamnya. 
Setiap tahunnya , ada yang disebut sebagai Annual Budget session , saat PC ini  dievaluasi , untuk mensupport strategi pencapaian semua goals Korporasi tahun depan.

6. PC hanyalah menjadi slogan kosong biasa, disaat isinya tidak dilaksanakan sepenuh hati. PC  memerlukan pengawasan melekat , kontrol berjenjang dan diperlukan kontrol mendadak dari CEO , apakah benar telah menjadi budaya yang dihayati karyawan setiap harinya.??



s e m o g a.

Eddie Priyono.
Mantan DIRUT PT Jangkar Delta Indonesia , Commercial Director PT Delta Djakarta Tbk.


eddie.priyono@yahoo.com
Share:

KOMPETISI KE KOMPETENSI
























Majalah '' HUMAN CAPITAL JOURNAL "

Drs Eddie Priyono MM.

Penasehat Lembaga PUSKOPEM , Managing Director PT Victory Group.


Dalam hitungan hari kedepan , kita akan melaksanakan Pemilihan Umum untuk memilih anggota DPR RI , DPRD I , DPRD II dan anggota DPD. 
Perhelatan Nasional yang menghabiskan biaya trilyunan rupiah , demi mendapatkan wakil wakil rakyat , untuk 5 tahun kedepan ,  bagian dari proses Demokrasi dinegara kita. Beberapa pengamat dan Analis politik mengatakan bahwa , inilah saatnya para Caleg ‘melamar’ kerja kepada masyarakat didaerah pemilihan, dan mengiba kepada konstituen agar mencoblos nama ataupun partainya.

Sesuatu yang sangat paradox tentunya , seandainya setelah duduk dimeja parlemen , mereka sering membolos dalam rapat rapat parlemen , bahkan bertindak curang dengan melakukan korupsi , nepotisme dan perilaku negatif lainnya . 
Jadi ? Siapa yang salah ? 
Rakyat yang memilih , si Caleg . Partai atau sistimnya? 
Kita tidak perlu menelaah lebih dalam , karena kompleksitas permasalahan ini akan memunculkan perdebatan yang tidak pernah habis . 
Tak perlu kecil hati, karena Kompetensi , kredibilitas , dan perilaku anggota Parlemen yang negatif juga ditemui dinegara lain , baik di Asia bahkan di benua lain. 
Masalah pemilihan yang hanya berdasar popularitas , bukan kapabelitas sudah lumrah terjadi , kompetensi tidak dipresentasikan ke konstituen dalam satu benchmarking yang terukur , rakyatpun seakan membeli kucing dalam karung yang terkadang mencakar dengan ganas pembelinya sendiri . 
Dan rakyatpun hanya bisa berdoa untuk mendapatkan wakilnya yang amanah , kredibel dan bertanggung jawab , selama menjabat sebagai anggota parlemen . 
Kapan kompetisi mendapatkan kursi berdasar kompetensi ?

STANDARD  KOMPETENSI

Dalam beberapa literature, ada beberapa arti dari kompeten , kata dasar dari kompetensi.

Competence indicates sufficiency of “ knowledge and skills” that enable someone to act in a wide variety of situation .

Pengetahuan dan kemampuan inilah yang menjadi dasar dari seorang talent untuk menunjukkan kompetensinya dan memberikan kontribusi kedalam institusi. 
Kesebelasan Nasional Indonesia Usia 19 , secara mengejutkan mengalahkan kesebelasan usia yang sama dari Korea. 
Dan PSSI sebagai Institusi dan wadah kesebelasan ini , memutuskan untuk mempertahankan kesebelasan ini , meneruskan kebersamaan mereka dengan lebih intensif training. 
Mereka diproyeksikan untuk berlaga di Piala Asia U19 , Myanmar Oktober 2014. 
Target mereka jelas , minimal ranking keempat , dan menjadi kesebelasan Indonesia dalam Kejuaraan Dunia Usia 20 , tahun 2015.

Kemampuan individu masing masing pemain telah teruji ,dengan menjadi juara tahun lalu , dan dalam satu tim mereka kembali dimasukkan kedalam fase training , coaching dan counseling. 
Fasilitas dan target yang terukur telah diberikan kepada setiap pemain , dan masing masing diharuskan memberikan kontribusi sesuai kompetensinya. 
Kerjasama tim diperkuat , stamina ditingkatkan terutama parameter VOmax , minimal sejajar dengan pemain pro dari Eropa .
Pemusatan latihan pun ditambah dengan try out melawan tim lokal maupun tim luarnegeri , ditingkat junior. Institusi PSSI telah berhasil membuat satu standard kompetensi yang diarahkan untuk mencapai satu tujuan , yaitu kemenangan di kejuaraan Asia.

Kompetensi memang harus diberikan standard yang dinamis , karena perkembangan kompetitor diluar. Bukankah satu institusi maupun korporasi juga memerlukan hal yang sama untuk mencapai tujuannya , baik itu profit , eksistensi brand ataupun  korporasi , itu sendiri , dimasa yang akan datang ?

MENCIPTAKAN  KOMPETISI

Pada era tahun 80 an , satu Korporasi Asing yang memproduksi di Consumers Goods , melaksanakan rekruitmen calon manajernya dengan melalui kompetisi dalam kompetensi. 

Seorang fresh graduate , diterima sebagai Management Trainee atau calon manajer selama maksimal satu tahun magang dibagian yang dia kehendaki. 

Seorang Sales Trainee , harus menjalani perannya sebagai sales promotor atau salesman , dengan didampingi seorang driver , mobil box penuh dengan hasil produksi korporasi , setelah 1 minggu mendapatkan pelatihan yang dilakukan salesman aslinya di teritori tertentu . 
Setiap hari si treainee harus membuat laporan penjualan, baik jenis barang yang dijualnya lengkap dengan stok awal dan stok akhir , pemasangan POS material, penambahan barang yang akan dijual keesokan harinya , sisa kas setelah dipotong biaya dan laporan aktifitas kompetitor diteritori . 
Setelah 3 bulan , si trainee membuat summary dan presentation kepada sales manajemen , hasil kerja selama 3 bulan tersebut , plus usulan usulan untuk perbaikan sistim kerja seandainya diperlukan. 
Dari presentation ini , Sales Manajemen sudah bisa mendapatkan gambaran kompetensi dari si trainee tersebut, mendapatkan fresh idea darinya , seandainya ada yang baik . 
Sales Manajemen sudah bisa memutuskan , si trainee bisa passed dan melanjutkan acting sebagai Sales Supervisor untuk 6 bulan kedepan , atau cukup berhenti sampai disini ,dan si trainee pun dianggap tidak kompeten.

Apabila dianggap berhasil , maka si trainee bersiap untuk berperan sebagai sales supervisor , dan melakukan hal yang sama untuk 6 bulan kedepan . 
Demikian setelah 1 tahun si trainee  bisa  diangkat resmi sebagai Assistant Manajer , dan dianggap kompeten ,setelah melakukan uji kepatutan yang realistis , dengan satu benchmark yang terukur dan achievable. Korporasi  melaksanakan rekruitmen ini untuk sejumlah Trainee , dan setelah 1 tahun selesai , yang lolos seleksilah yang menjadi talent untuk manajer dimasa yang akan datang .

Seleksi dengan kompetisi ini memang akan menggugurkan calon yang tidak kompeten , sementara yang lolos seleksi akan melanjutkan training , coaching , developing maupun counseling untuk mempertajam kompetensinya . 
Tercapainya tujuan dari suatu korporasi adalah  hasil kerjasama dari seluruh personal yang ada didalamnya.  
Apabila ada seseorang yang tidak kompeten berada didalamnya , tentu akan sangat mengganggu jalannya proses pencapaian tujuan. 
Hal ini yang harus dihindari oleh para manajer, Board of Director dan CEO. Sangat krusialnya proses pencapaian tujuan ini ,juga menyangkut kebutuhan berkembangnya organisasi , dinamisnya pasar dan kompetitor yang ada diluar , yang memerlukan pengamatan terus menerus .

Competency is the combination of observable and measurable knowledge ,skill , abilities ,and personal attributes that contribute to enhanced “employee performance “and ultimately result in Organizational Succsess.

Kesuksesan adalah satu tujuan , dan untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu perencanaan , penelaahan yang dalam , pelaksanaan yang terkontrol dan feedback serta contingency seandainya diperlukan. 
Mempersiapkan talent adalah dengan menempatkan mereka sesuai kompetensinya, memberikan arah tujuan dengan jelas dan mengawal mereka dengan pelatihan , development program , counseling dan yang sangat penting , semuanya berada didalam kebersamaan yang kondusif.

Selayaknya kita berdoa ,agar beberapa hari kedepan , rakyat memilih wakilnya sesuai kompetensi mereka, bukan hanya mereka yang mencari status sebagai anggota dewan yang terhormat .

Dan support kita untuk keberhasilan Tim PSSI U19 yang telah dan akan menunjukkan dirinya lagi , sebagai pemain sepakbola yang kompeten.

Semoga.
eddie.priyono@yahoo.com

Share:

Jumat, 12 Juni 2015

"menghargai dan menghormati"
























Konon sejak dulu kala , disaat bulan  RAMADHAN , banyak restoran ataupun warung makan yang tutup , atau ditutup rapat dengan tirai..... agar tidak mencolok , khususnya pada siang hari .....

Ini adalah bentuk penghargaan kepada ummat Islam yang berpuasa , dan menghormati agama Islam yang mewajibkan ummatnya menjalankan ibadah puasa dibulan ramadhan .....

Dunia terasa indah , ...toleransi beragama terasa sejuk , semua menjalankan aktifitas dengan damai...

Pernyataan  agar menghormati ummat Islam yang sedang berpuasa , adalah hal yang sangat wajar.....
Ini baru  INDONESIAWI......

Baru2 ini ada pernyataan dari salah satu menteri ..'agar menghormati yang tidak puasa'......

Looooo.....
Ada yang mengatakan ini terbalik tohh.....

Yang sebaiknya terjadi adalah...marilah kita saling menghargai dan menghormati antar ummat..

Yang berpuasa , menghormati yang tidak puasa , dengan tidak melancarkan tindakan2 extrem terhadap yang tidak puasa , mendatangi outlet2 malam dengan razia dll.... serahkan ini semua kepada kepolisian dan aparat lain untuk menertibkan .....itu kewajiban mereka sebagai aparat.....

Yang tidak berpuasa , ayoo menahan diri untuk tidak demonstratif , makan ditempat umum disiang hari, dan ini paling sering terjadi ...merokok didepan umum ,..dll

Dalam suasana dimana pertumbuhan ekonomi sedang melambat , kurs rupiah yang melorot , harga2 yg mulai merangkak naik dll.....Semoga puasa menjadi ajang introspeksi....... baik rakyat ataupun penguasa...

SELAMAT BERPUASA , bagi seluruh ummat Islam....MOHON MAAF LAHIR BATHIN , sebagai awal pembersihan diri .....sebelum memasuki bulan suci.......

menghargai dan menghormati sebagai cermin 'memanusiakan manusia dengan nurani'
salam wosabritt.....









epr130615

eddie.priyono@yahoo.com

Share:

Rabu, 03 Juni 2015

"bermain bola es"






























Seorang Direktur membuat kebijakan, langsung dia jalankan di korporasinya.
Beberapa bulan kemudian , kebijakan tersebut dianulir oleh PresDir , dan tentu saja membuat proses bisnis menjadi kacau , terutama dipasar maupun di  'channel distribusinya' ,

NAHHHH  terus gimana ?

Kerugian besar buat chanel distribusi , maupun korporasi...materi maupun non materi...kebablasan!

Seorang Direktur masih punya atasan , Pres Dir , bahkan Pres Dir pun harus mempertanggung jawabkan kebijakannya kepada Dewan Komisaris , ataupun Owner....
yaaa kan?

Ada 2 hal penting yang harus dilaksanakan seorang LEADER.. sebelum melaksanakan kebijakan2 baru..

Yang pertama..... diketahui dan disetujui oleh 'atasan' nya , agar ada  SINKRONISASI  kebijakan....
Yang kedua ....... ini yang 'sangat penting'... sepantasnya menanyakan ke hatinya sendiri, dan kepada YANG  MAHA  KUASA....apakah kebijakannya ini  MERUGIKAN  orang lain ?..
membuat orang lain  MENDERITA  ?...bertentangan dengan kaidah2 kehidupan normal ?
Berdosakah dirinya apabila kebijakan tersebut dilaksanakan.........jawablah dengan jujur !!!.

Trussss??

Kalau kebijakan yang dikeluarkan seorang Menteri ?
Dan sudah diketahui oleh atasannya...bapak Presiden ?
Sumonggo ...apakah kebijakan ini menyengsarakan Pemain bola , Coach , Pemilik Klub , Pendukung Klub , bahkan pedagang asongan yang menjual dagangan didepan stadion saat pertandingan ......???
Apakah tidak merugikan dunia olahraga tanah air ???... kembali... jawablah dengan jujur.....

Seorang lulusan STM jaman dulu mengatakan , untuk membangun rumah , menggantikan rumah tua , sebaiknya tidak perlu dengan  MEROBOHKAN  rumah tersebut ...
Cukup model bangunan rumah baru disesuaikan dengan rumah lama , buat pondasi cakar ayam untuk pendukung pondasi , ada istilah 'disuntik' ,...dan kerangka lama... pelan2 bisa dibongkar , setelah bangunan baru berdiri...
Tidak semua material bangunan lama dibuang...masih banyak yang  BISA DIPAKAI....tinggallah yang usang dan tidak mungkin dipakai lagi......buang kalau perlu dibakar saja...
Ini pemikiran seorang lulusan STM looo,... bukan pejabat tinggi....lebih ekonomis , manusiawi dan rasional...

emangnya  kalo mau mereformasi organisasi , termasuk organisasi bola ...harus dibekukan dulu ??
wahhhhh....tega nya , teganyaaaa , teganyaaa....sampe2 ada yg ikut tarkam , demi dapur ngebul ??
mmmmm...

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                             
Bola es telah menjadi kenyataan...organisasi telah beku , tinggallah banyak pihak yang bingung...
MASIH  BELUM  TERLAMBAT  UNTUK  MERUBAH  KEBIJAKAN....


Menjelang Ramadhan adalah saat untuk introspeksi , saling meminta maaf kalo memang demikian adanya..


mari kita 'memanusiakan manusia dengan nurani'.....
renungan...bisa dibaca , atau dipakai sebagai masukan...s e m o g a.
epr 040615

eddie.priyono@yahoo.com



Share:

Iklan

Iklan
Portal berita ekonomi bisnis keuangan

Total Tayangan Halaman

Flag Counter
Diberdayakan oleh Blogger.

Popular